Balada Si Anak Belajar Menulis

Lelucon Anak-Anak

Siapa bilang hanya orang dewasa saja yang butuh dihibur dengan lelucon saat bosan? Layaknya orang dewasa, anak-anak juga perlu hiburan lelucon agar masa kecilnya semakin berwarna. Tentu saja lelucon orang dewasa dan lelucon anak berbeda, khususnya dalam hal konten.

Lalu apa bedanya lelucon orang dewasa dengan lelucon anak? Lelucon dewasa lebih menceritakan fenomena kehidupan sehari-hari yang lebih luas seperti lelucon bertema ekonomi, sosial, politik, agama, dan budaya. Sedangkan lelucon anak temanya lebih sempit karena terbatas pada dunia anak saja. Agar tak penasaran dengan lelucon anak simak berikut.

Di siang yang terik, seorang ayah berkemeja rapi berdiri di depan gerbang sekolah SD Suka Maju. Matanya sesekali mencari-cari bocah berumur tujuh tahun yang baru kemarin lusa ia daftarkan di sekolah ini.

Baca Juga:  Alec Maguire

“Ayah, ayah…”, panggil seorang bocah berseragam merah putih yang tak lain adalah anak yang dinantinya.

“Hai nak! Sini, sini peluk ayah”, jawab si ayah sambil berjalan ke arah anaknya, kemudian berjongkok dan memberikan pelukan hangatnya. Pelukan itu pun disambut oleh tangan kecil yang berkeringat karena habis berlari.

“Bagaimana sekolahmu hari ini sayang? Kamu gak ngompol kan? tanya si ayah sambil menggandeng si anak menuju mobil sedan hitam yang terparkir di samping sekolah.

“Ah ayah, kok tanyanya ngompol sih? Hehe gak lah yah, aku kan dah besar. Tadi sekolahnya seru sekali yah! Aku tadi dapat teman banyak, mereka baik-baik dan pintar-pintar”, jawab si anak sambil melangkah memasuki mobil yang pintunya baru saja dibukakan oleh sang ayah.

Baca Juga:  Hidup Yahudi

“Wah, hebat anak ayah! Tos dulu dong!”, seru si Ayah sambil mengarahkan telapak tangannya berharap mendapat sambutan tepukan tangan si anak.

“Prok! Tos yah”, si anak pun menyambutnya dengan riang.

“Bu guruku juga cantik dan baik hati yah. Aku diajari nulis yah!”, gumam si anak sambil melirik ayahnya yang sedang menyetir mobil.

“Keren dong, tadi kamu diajari nulis apa?”, tanya ayah penasaran.

“Emm, gak tau yah. Kan aku belum belajar baca”, jawab si anak dengan polosnya.

“Hahahahaha…”, tawa ayah pun pecah. Si ayah terbahak-bahak sambil memegangi perutnya yang tidak sakit.

“Thiiin…thiiiin! Thiin..Thiin!, suara klakson dari belakang mobil pun berbunyi nyaring

“Yah, yah itu lampu lalu lintasnya udah hijau”, seru si anak.