Tukang Santet Jakarta

Humor Gus Dur 7

Berbicara mengenai santet, tentu kata tersebut sangat terkesan horor dan menyeramkan bagi setiap orang. Bahkan setiap orang pun tentu sangat tidak menginginkan terkena santet atau apapun yang berhubungan dengan hal ghaib tersebut. Namun ternyata masih ada saja cerita mengenai santet tersebut yang beredar di zaman modern seperti sekarang ini.

Santet sendiri merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mencelakai orang lain dari jarak jauh. Lantas bagaimana caranya seseorang dapat terluka lewat jarak jauh? Tentu saja hal tersebut dilakukan menggunakan ilmu hitam. Hal ini sendiri tentu sangat merugikan orang lain yang terkena santet. Apakah kamu ingin mendengar salah satu cerita yang berhubungan dengan santet?

Baca Juga:  Teroris Jadi Menteri

Salah satu tokoh yang kerap menceritakan tentang santet adalah Gus Dur. Seperti apa cerita santet dari Gus Dur tersebut? Cerita berasal dari daerah Jakarta. Yang mana ini merupakan salah satu cerita yang paling banyak diminati.

Cerita ini berawal dari masyarakat yang sering main hakim sendiri. Tak hanya rakyat biasa saja, kebiasaan main hakim sendiri tersebut sudah dianggap hal yang normal bahkan oleh aparat yang berwenang sekalipun. Tentu hal yang satu ini sangat meresahkan warga masyarakat yang ada disekitar area tersebut.

Tak tanggung-tanggung, sampai akhirnya majalah Tempo pun memberikan tanda hitam pada beberapa halamannya yang menunjukkan tanda prihatin. Dari pemberitaan yang tersiar tersebut munculah berbagai macam dugaan yang dilontarkan oleh beberapa orang. Tak mau tertinggal, Gus Dur sendiri termasuk sebagai salah satu yang heran serta menduga-duga mengenai kejadian tersebut.

Baca Juga:  Periuk Beranak

Baca Juga : Humor Gus Dur Bersama Teman Teman

Hingga akhirnya, Gus Dur pun menyodorkan sebuah pertanyaan dalam kuis imajinernya yang berbunyi “Mengapa majalah Tempo dibuat dengan halaman yang hitam seperti itu?”. Jawaban pun terdengar seperti berikut “Soal majalah itu karena reportase tukang santet dan bramacorah Jember”.

Dengan penuh penasaran Gus Dur pun menanyakan kembali mengenai kasus misterius tersebut. “Siapakah yang memerintahkan penghitaman tersebut?”. Dan ternyata jawaban yang didapat adalah “Tukang santet dan bramacorah Jakarta”.