Membuat Gaduh

Humor Sufi 17

Nasruddin Hoja lupa waktu. Ia baru pulang ke rumah setelah langit sudah berubah hitam pekat. Sang Mullah pulang malam karena pergi bersama teman-temannya. Mereka kemudian berpisah di pintu rumah Nasruddin. Setelah beberapa temannya berlalu, barulah ia membuka pintu dan masuk ke dalam rumah.

Di dalam sana, ia sudah ditunngu sang istri yang siap menyemburkan amarah padanya. “Aku sudah bersusah payah memasak untukmu sore tadi !” katanya berapi-api. Perempuan itu sudah lelah memasak dan menunggu kedatangan sang suami. Namun hingga langit menjadi gelap baru Nasruddin menunjukan batang hidungnya.

Suaminya bersenang-senang di luar dan berkumpul dengan teman-temnnya. Sementara ia harus lelah memasak dan menahan lapar sendirian di rumah. Betapa menjengkelkannya suaminya itu.

Baca Juga:  Mamaku Kasihan Sekali

Kesal dengan sang suami, sebelah tangannya bergerak gesit ke sisi telinga Nasruddin dan menjewernya dengan kuat. Saking kuatnya, sang suami terpelanting dan tubuhnya jatuh menimpa sebuah peti hingga menimbulkan suara gaduh.

Suara gaduh itu ternyata masih terdengar oleh temannya-temannya yang belum berjalan terlalu jauh. Mereka memutuskan untuk berbalik arah, kembali ke rumah Nasruddin. Tidak berani mengetuk, salah satu diantara mereka menanyakan keadaan Nasruddin dari luar pintu.

“Ada apa Nasruddin, malam-malam begini ribut sekali? Apa terjadi sesuatu padamu?” tanya mereka.

Tentu saja mereka khawatir terjadi sesuatu yang buruk sedang menimpa Nasruddin dan berniat membantu. Pada kenyatannya memang demikian. Saat ini Nasruddin sedang menghadapi sesuatu yang buruk, harus menerima amukan dari sang istri.

Baca Juga:  Peti Penyelamat

“Ah, tidak ada. Jubahku jatuh dan menabrak peti,” jawab Nasruddin dari dalam tanpa membukakan pintu. Mana mungkin juga ia membuka pintu saat istrinya sedang marah-marah begitu.

“Jubah jatuh saja, kenapa ribut sekali?” Teman-teman Nasruddin dibalik pintu heran dibuatnya. Bukankah jubah yang jatuh hanya tinggal diambil lagi. Lalu untuk apa meributkannya, batin mereka.

“Tentu saja,” sesal Nasruddin. “Karena aku masih ada di dalamnya.”

Teman-teman Nasruddin kini mengangguk paham. Tenyata Nasruddin sendiri yang membuat gaduh. Setelah Nasruddin berkata keadaannya baik-baik saja, mereka semua akhirnya pergi untuk kembali kerumahnya masing-masing.