Terbiasa Menjadi Miskin

Seorang pedagang tua yang kaya raya baru saja meninggal karena sakit dan meninggalkan banyak sekali harta warisan untuk putra tunggalnya. Melihat harta warisan yang begitu melimpah tersebut, putranya yang sayangnya tidak sebijak si pedagang tua tidak dapat memanfaatkan warisan tersebut dengan baik.

Bukannya menabung dan menghemat untuk hidupnya, putranya itu justru menggunakan harta warisan untuk berfoya-foya dan berpesta bersama dengan temannya hampir setiap hari. Dengan cara seperti itu, tidak heran kalau sebentar kemudian harta itu sudah habis.

Bagian terburuk yang dialami oleh putra sang pedagang adalah ditinggalkan oleh teman-temannya. ketika mengetahui bahwa ia telah jatuh miskin, tidak ada satupun teman yang bertahan di sisinya. Kini ia sendirian dan miskin tanpa harta dan teman yang tersisa.

Baca Juga:  Jatuh Ke Kolam

Akhirnya putra pedagang itu memutuskan untuk pergi menemui Nasruddin Hoja yang memang terkenal bijak dan bisa menolong orang-orang yang sedang mengalami kesulitan. Dia berpikir, mungkin saja Nasruddin Hoja mempunyai solusi yang dapat menolongnya untuk keluar dari kemiskinan ini dan mendapatkan teman-temannya kembali.

Anak lelaki itu berkata. “Hartaku sudah habis dan kawan-kawanku semuanya meninggalkanku saat mereka tahu bahwa aku telah jatuh miskin,” jelasnya putus asa. “Bisakah Anda meramalkan apa yang akan terjadi pada saya kedepannya? Apa saya bisa bahagia lagi?”

“Kamu tidak perlu khawatir, anak muda,” kata Nasruddin Hoja. “Semuanya akan segera baik-baik saja seperti semula. Tunggulah beberapa hari dari sekarang, kamu akan bahagia dan senang melebihi sebelum-sebelumnya.”

Baca Juga:  Cara Menangani Orang Gila

Mendengar perkataan Nasruddin Hoja tersebut, anak lelaki itu menjadi gembira bukan main. Ia berpikir bahwa makna perkataan dari Nasruddin Hoja adalah ia akan mendapatkan kekayaannya kembali seperti sedia kala. “Jadi maksud Anda saya akan kembali kaya raya seperti dulu lagi?”

Betapa bingungnya anak itu saat Nasruddin Hoja menggelengkan kepalanya. “Bukan itu maksudku, anak muda. Kamu salah menafsirkan. Yang kumaksud dalam waktu tak lama lagi dari sekarang kamu akan menjadi terbiasa dengan segala kondisi ini. Kamu akan terbiasa menjadi orang miskin, dan terbiasa pula tidak mempunyai teman.”