Bahagia Diatas Penderitaan

Humor Sufi 3

Dalam perjalanannya untuk mengunjungi daerah-daerah, pada kesempatan kali itu Timur Lenk mengajak Nasruddin Hoja untuk  ikut bersamanya. Maksud dari kunjungan Timur Lenk itu adalah untuk mengetahui, sejauh mana kira-kira kepatuhan para warga daerah pada penguasa mereka yang tiran itu.

Hari pertama kunjungan, Timur Lenk dan Nasruddin Hoja menghampiri sebuah desa yang baru saja terkena musibah gempa. Banyak sekali bangunan dan rumah yang hancur berkeping-keping. Tidak sedikit juga korban jiwa akibat gempa tersebut, beberapa di antaranya meninggal karena tubuh mereka tertimpa reruntuhan bangunan.

Bukannya bersimpati, Timur Lenk justru tertawa melihat kejadian itu. Katanya kepada para warga yang masih tersisa, “Kenapa kalian biarkan rumah-rumah itu roboh dan menimpa warga?” Para warga sampai tidak dapat berkata-kata mendengar tanggapan dari Timur Lenk.

Hari berikutnya mereka berkunjung ke desa lain. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan desa sebelumnya, hanya saja desa ini bukan terkena gempa namun dihajar oleh air bah yang menyebabkan kerusakan luar biasa. Banyak sekali korban jiwa dan rumah yang rusak karena air bah itu. Sama seperti sebelumnya, Timur Lenk tidak menunjukkan tanda simpati sama sekali, justru ia menertawakan kondisi tersebut seakan yang terjadi pada desa itu adalah sesuatu yang lucu. Ia berkata, “Kenapa mereka tidak mengalihkan arah air itu? Malah terbawa arus.”

Kunjungan berikutnya pun hampir sama. Mereka mendapat laporan dari salah seorang warga desa bahwa ada sapi mengamuk yang menelan banyak korban jiwa. Lagi-lagi ketika mengetahui hal tersebut Timur Lenk justru terbahak dan berkata, “Seharusnya sapi itu menjadi pasukanku!”

Baca Juga:  London’s Tomatoes

Nasruddin akhirnya tidak tahan melihat kelakuan tiran yang satu itu. Kemudian ia menghadap penguasa dan berkata.

“Paduka, rupanya kemanapun Paduka pergi, kebahagiaan senantiasa menyertai Paduka. Burung Nasar pun selalu mengikuti kemana pun Paduka pergi. Nampaknya setiap hari selalu ada saja peristiwa yang membuat Paduka tertawa bahagia. Alangkah baiknya apabila perjalanan Paduka ini tidak usah dilanjutkan saja. Khawatirnya jika Paduka meneruskan perjalanan ini dan mengunjungi seluruh daerah, bisa-bisa warga dan negeri ini akan hancur.”