Otak atau Uang

Bukan hal baru lagi jika Gus Dur adalah orang yang suka bercerita, dan kebanyakan cerita yang dilontarkan oleh Gus Dur adalah sebuah cerita yang lucu, begitu juga dengan cerita yang ia sampaikan kali ini kepada tamu-tamu yang tengah berkunjung ke rumahnya.

Gus Dur menceritakan tentang salah seorang anggota ABRI yang berpangkat kopral dan saat itu tengah mengenakan pakaian ala preman. ABRI tersebut sedang berjalan sendiri saja di jalan yang sepi, gelap dan tidak ada siapa-siapa selain dirinya.

Merasa aman, tentu saja ABRI itu tidak menyangka ketika dirinya tiba-tiba saja dicegat oleh 2 orang laki-laki yang membawa senjata berupa pistol. Kedua pria itu mengarahkan pistol kepada dirinya dan mengancam sang ABRI. “Kami tidak main-main,” kata salah satu pria tersebut. “Cepat berikan uangmu atau otakmu kami buat berhamburan di tengah jalan ini,” ancam yang lain.

Baca Juga:  Bukan Lurus Tapi Saya Keriting

Baca Juga : Humor Lucu Gus Dur Tentang Mencuri

Sekilas, ancaman itu memang terdengar mengerikan. Orang pasti takut jika diancam kepalanya akan ditembak sampai otak berhamburan. Apalagi sedang dalam keadaan terdesak dan tidak ada yang bisa dimintai tolong. Akan tetapi berbeda dengan ABRI tersebut yang justru terlihat tenang dan tidak takut sama sekali. Bahkan ia bisa dengan santai menjawab ancaman dari kedua pria itu.

“Tembak saja, buat otak saya ini berhamburan kalau kalian bisa.”

Kontan kedua pria tersebut bingung dengan reaksi yang ditunjukkan oleh mangsa mereka karena tidak terlihat rasa takut barang sedikitpun. Orang lain biasanya akan mencari aman dengan memberikan uang mereka dan buru-buru kabur dari tempat itu sebelum ditembak di tempat.

Baca Juga:  Jadwal Tidur

Meski begitu, kedua pria itu masih menodongkan pistol mereka kepada seorang yang mereka tidak tahu adalah anggota ABRI tersebut. Rupanya, mereka masih menunggu sang ABRI untuk memberikan uangnya.

Melihat reaksi bingung dari dua penjahat, ABRI itu meneruskan. “Saya ini anggota ABRI. Dan sebagai ABRI saya tidak begitu membutuhkan otak untuk bertahan hidup, saya justru lebih membutuhkan uang. Kalau tidak ada uang, saya tidak bisa hidup.”