Bebek & Ayam

Cerita Lucu Mukidi 2

Ada seorang peternak ayam dan bebek disebuah kampung yang sangat damai dan tentram. Seorang peternak bebek itu bernama Pak Mukidi sedangkan peternak ayam itu bernama Bu Markonah. Saat hari libur biasanya Pak Mukidi ngangon bebek di sekitar sawah pedesaan. Nah pada suatu hari Bu Markonah juga ikut ngangon ayamnya bersama Pak Mukidi.

Tak disangka-sangka ada bebek dan ayam yang saling menyapa tentang telur yang telah mereka hasilkan dan menjadi penghasilan bagi majikan-majikannya. “Eh yam biasanya sehari kamu dapat bertelur berapa butir? Banyak tidak?”, tanya si bebek memulai pembicaraan.

Ayam pun menjawab dengan santai, “Biasanya sih kurang lebih 5 butir perharinya”.

Baca Juga:  Mencuci Sendiri

“Cuma 5 butir saja Kamu bilang banyak yam? Apa kamu tidak tahu aku bisa sampai 10 butir perhari!”, sahut bebek dengan lenggok bibirnya yang membuat ayam terdiam tanpa bisa berkata karena dirinya tidak sehebat si bebek.

Ayam pun terheran-heran melihat sang bebek yang sombong benar, “Wah kok bisa ya, kamu hebat bek!”.

Jika harga sebutir telurmu dijual berapa yam, apa lebih mahal dari telurku?” tanya bebek seakan dia yang lebih unggul juga. Ayam dengan cepatnya menjawab, “ehhmmm, telurku itu satu butirnya dijual dengan harga 1.500 bek!”.

Bebek menertawakan ayam dengan sangat lucunya hingga sampai-sampai ia terpeleset ke sengkedan sawah. Ayam yang baik hatinya tetap membantu bebek yang terpeleset itu dengan perlahan-lahan hingga bebekpun selamat. Tapi setelah itu si bebek terus saja membully ayam,

Baca Juga:  Kelas Memperbaiki Daya Ingat

Berlanjutlah percakapan keduanya.

“Kamu pasti kaget yam, telurku itu harganya lebih mahal dari harga telurmu yaitu 2.000 per butirnya. Makanya yam kamu itu kalau bertelur kreatif sedikit dong kalau nelur itu yang gedean lah dikit, senangnya kecil-kecil!“, dengan sombongnya.

Lantas si ayam pun dengan santai dan sombong juga ikut menimpali, “Iya juga sih,” jawab ayam sambil berfikir, “Tapi ah, ngapain juga gara-gara ngebelain duit gopek ‘ntar ku kena ambeien bek”.