Mukidi Membeli Tablet

Cerita Lucu Kocak 5Masih seputar cerita tentang Mukidi yang sempat viral beberapa saat lalu. Mendengar nama Mukidi saja, barangkali sudah membuat orang tersenyum. Apalagi membaca cerita lengkapnya.

Anda bisa mendapati nama Mukidi, lalu ada Markonah sebagai istrinya. Mukirin adalah anak perempuan Mukidi, dan Mukiran sebagai anak laki-lakinya. Masih ada lagi nama Wakijan yang diceritakan sebagai sahabat karib Mukidi.

Wakilah adalah istri dari Wakijan ini. Lalu masih ada Sukilah, orang yang hobi berkilah. Juga Mbah Marto Kapiran, adalah paman Mukidi. Terakhir adalah Mbah Karto Mengkono, teman paman Mukidi. Lengkap bukan?

Nah, kali ini cerita lucu kocak ini mengambil tema saat Mukidi jalan-jalan ke Mal dan berniat membelikan anaknya sebuah tablet model terbaru. Maklum, Mukidi baru saja mendapatkan THR, Tunjangan Hari Raya.

Baca Juga:  Lulus Jadi Pastor

Kebetulan sang anak, sudah lama merengek, minta dibelikan gajet terbaru ini. Mukidi yang gaptek mau tak mau harus mencari tahu seputar tablet terbaru ini.

Mukidi: “Berapa harga iPad ini mbak? ”

SPG: “5 juta Pak, ini model keluaran terbaru. ”

Mukidi: “Kalau begitu yang model iPad 2 terbaru, berapa harganya? ”

SPG: “6 juta. ”

Mukidi: “Hmm, lebih mahal. Kalau Galaxy Tab 1 yang itu? ”

SPG: “3 juta. ”

Mukidi: “Mmmm, kalau yang Galaxy 2? ”

SPG: “Kalau yang itu 4 juta, lebih mahal sedikit. ”

Mukidi sambil garuk-garuk kepala: “Waaah ternyata semua ipad itu mahal-mahal ya? Saya baru tahu, Mbak. Terus ada tablet yang murah enggak, Mbak? ”

Baca Juga:  Malu Ketika Mendemo Bank Pembantu

SPG: “Ada, Pak. Kalau Bapak mau membeli tablet murah, beli saja PARAMEK!! Mauuu? Rp2.000, bisa dapat 4 tablet. Di warung juga banyak, tidak perlu ke Mal. ”

Mukidi: Gubrak!

Nah, itulah cerita lucu kocak dari Mukidi, yang diceritakan sesuai kondisi rakyat kita dari kejadian sehari-hari. Cerita yang dilakonkan Mukidi ini mengundang tawa, namun terkadang miris juga.

Seringkali penulis cerita Mukidi secara gamblang mengangkat permasalahan yang dihadapi rakyat kecil sehari-hari. Tanpa basa-basi. Ini yang membuat cerita Mukidi tak pernah ada matinya, selalu muncul dengan topik baru yang segar. Tak lupa selalu menyentil kondisi rakyat kecil dan permasalahannya.