Balas Dendam

Cerita Lucu Abu Nawas 12

Penjelasan dari sang istri mengenai apa yang terjadi pada tempat tinggal mereka membuat Abu Nawas hanya bisa sedih meratapi nasibnya. Alangkah sial nasib mereka, tadi pagi sejumlah pekerja dari kerajaan membongkar rumah Abu Nawas dan istrinya serta terus menggali dan tidak bisa dicegah. Itu merupakan titah dari sang Baginda Raja yang baru saja mempunyai mimpi aneh semalam.

Dalam mimpi Baginda Raja, tanah di bawah rumah Abu Nawas menyimpan emas serta permata yang memiliki harga tidak ternilai. Oleh karena itu, Baginda Raja ingin memastikan kebenaran mimpinya dengan menyuruh pekerja untuk membongkar rumah Abu Nawas. Bahkan meskipun ternyata emas dan permata itu tidak ada, Baginda Raja tidak meminta maaf pada Abu Nawas atas kekacauan yang dibuatnya.

Hal ini membuat Abu Nawas menyimpan dendam kepadanya. Ia berusaha memutar otak dan mencari cara yang tepat untuk membalas Baginda. Meskipun sang istri telah menyediakan makan, tetap tidak dimakannya karena nafsu makan Abu Nawas mendadak hilang.

Baca Juga:  Istriku Membuatku Gila

Karena sampai keesokan harinya makanan tersebut tidak kunjung dimakan, maka lalat-lalat mulai datang dan menyerbu makanan basi itu. Tiba-tiba Abu Nawas mempunyai ide.

“Tolong ambilkan untukku kain penutup serta tongkat besi,” begitu kata Abu Nawas kepada istrinya.

Istrinya heran mendengar permintaan itu. “Untuk apa?” namun Abu Nawas hanya menjawab “Membalas  Baginda.”

Sesampainya di istana, Abu Nawas membungkuk hormat lalu berkata. “Hamba menghadap Tuanku Baginda untuk melaporkan adanya tamu tidak diundang yang masuk ke rumah hamba dan memakan makanan hamba tanpa izin.”

“Siapa tamu tidak diundang itu?” tanya Baginda.

“Lalat ini, Tuanku.” Abu Nawas menjawab sambil membuka kain penutup makanannya.

Baca Juga:  Jembatan Saudara

“Lalu keadilan seperti apa yang kau harapkan dariku?” Baginda bertanya lagi.

“Hamba hanya butuh izin tertulis dari Baginda agar hamba bisa menghukum lalat ini.”

Baginda Raja kemudian terpaksa mengiyakan permintaan Abu Nawas karena para menteri sedang berkumpul. Akhirnya dibuatlah surat izin yang mengizinkan Abu Nawas untuk memukul lalat dimanapun mereka hinggap.

Abu Nawas kemudian segera mengusir lalat itu sehingga mereka terbang kemana-mana. Menggunakan tongkat besinya, Abu Nawas memukuli lalat-lalat itu. Ada yang hinggap di kaca sehingga kaca itu dipukul sampai hancur, ada juga yang hinggap di vas bunga, bahkan di tempayan Baginda.

Tidak ada yang bisa dilakukan Baginda selain menyesali kekeliruan yang diperbuatnya pada Abu Nawas. Setelah Abu Nawas puas dan pulang, Baginda sadar bahwa ia telah semena-mena terhadap pria itu.