Cosplay Mak Lampir

Pengalaman Lucu Anak SD

Pengalaman lucu anak SD yang aku alami menjadi pengalaman yang tidak bisa dilupakan, apalagi kesenangan yang dilakukan bersama teman-teman. Kali ini akan di bahas pengalaman lucu waktu SD saat aku Cosplay jadi mak lampir.

Pengalaman lucu anak SD aku saat acara karnaval memeriahkan Agustus-an dijalankan dengan tema memakai tokoh kesukaan. Satu per satu murid datang, ada yang memakai cosplay Ir. Soekarno, R.A Kartini, Pattimura dan para pahlawan yang lainnya hingga cosplay tokoh superhero kesukaan mereka mulai spiderman, superman, wonderwomen, captain Amerika, rapunzel, dan masih banyak yang lain. Namun, beda dari aku yang datang dengan percaya dirinya mengenalkan kostum nyentrik beda dari yang lain.

Baca Juga:  Yang Penting Ada Isinya

Guru : Ya Allah Pit, kostummu iku lo…. (mendatangiku yang baru masuk gerbang sekolah, sambil di tuntun ibuku).

Ibuku : Maaf bu, Pipit ngeyel bu. Katanya dari sekolah membolehkan memakai pakaian mulai dari tokoh pahlawan yang disukai maupun tokoh superhero yang disukai bu. Terus Pipit mintanya didandani mak lampir. Di suruh dandan yang lain dia malah nangis bu.

Guru : Pit, kalau mak lampir bukan pahlawan bukan juga superhero. Kenapa pakek kostum mak lampir.

Aku : teman-teman sering panggil aku begini bu, “eh Pit, si mak lampir sini”. Begitu bu, jadi ya sudah aku minta didandani mak lampir aja. Benerkan bu?.

Ibuku : Ya Allah, Astagfirullah. Iya tidak begitu juga Pit, mereka mungkin juluki kamu mak lampir karena suara kamu memang cempreng banget seperti mak lampir. Tapi ya jangan pakai kostum mak lampir macam begini juga pit.

Baca Juga:  Salah Kostum

Guru : Mohon maaf ya bu, anak-anak memang suka seenaknya sendiri kalau ngomong. (guru mulai tidak enak dengan murid-murid lain yang memberi julukan mak lampir kepadaku).

Aku : Tidak apa-apa kok bu, kemarin aku juga sudah janjian dengan Krisna. Karena dia juga sering dipanggil gerandong hari ini dia dandannya Gerandong bu.

Pengalaman lucu anak SD di atas secara tidak langsung adanya ejekan atau julukan yang dilakukan berkali-kali bisa terpengaruh terhadap psikis anak, di sini terjadi kepadaku dan Krisna.