Tugas Berat

Nasruddin Hoja tengah memasukkan beberapa buku kedalam sebuah kantung yang terbuat dari kain. Ia baru saja menyelesaikan kegiatan mengajar bersama para muridnya. Ia cukup lelah karena pada materi yang disampaikan hari ini, banyak diatara muridnya yang cerdas melempar pertanyaan untuk didiskusikan.

Rencananya setelah ini dia tidak akan langsung pulang. Nasruddin sedang punya sedikit uang kala itu. Jadi ia akan mampir dulu ke pasar untuk membeli sekantung ikan. Pasti istrinya akan senang menyambut kedatangannya nanti, pikirnya.

Turun dari mimbar, ada salah satu murid yang menyapanya. Nasruddin pun balas menyapa. Ia perhatikan pemuda itu, ternyata dia adalah orang yang sama dengan yang tadi bertanya saat masa pengajaran.

Diantara teman-temannya, pemuda itu salah satu murid yang cerdas namun cukup pendiam. Tidak setiap pertemuan pemuda itu akan angkat bicara untuk bertanya. Ia hanya akan bersuara pada topik-topik pembahasan yang menurutnya menarik.

Nasruddin kini sedikit penasaran, kira-kira hal apa yang menarik perhatian sang murid hingga berani menegurnya di luar jam mengajar. Maka ia bertanya apa maksud dan tujuan dari muridnya itu.

Begitu dipersilahkan oleh sang guru, pemuda itu pun bertanya, “Manakah keberhasilan yang paling besar: orang yang bisa menundukkan sebuah kerajaan, orang yang bisa tapi tidak mau melakukan, atau orang yang mencegah orang lain yang melakukan itu?”

Nasruddin kini mulai mengerti apa yang topik yang ternyata menarik perhatian sang murid. “Kelihatannya ada tugas yang lebih sulit daripada ketiganya,” jawab Nasruddin pada akhirnya.

Wajah sang murid terlihat jelas sedang kebingungan dan mulai berpikir keras. Nasruddin bisa melihat itu.

Baca Juga:  Otak Presiden Indonesia

 Tak kunjung menemukan jawaban atas pernyataan gurunya, sang murid pun menyerah. “Lalu apakah itu?” tanyanya pada Nasruddin.

“Mencoba mengajar kamu untuk melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.” jawab Nasruddin. Pemuda itu pun terdiam tak menjawab.

Beberapa saat setelah menunggu sang murid yang tak kunjung kembali bertanya, Nasruddin pun pamit pergi kepada muridnya. Lelaki itu berjalan dengan ringan menuju pasar untuk membeli ikan, meninggalkan seorang pemuda yang tengah merenung di belakang. Pemuda itu terlihat sedang mencerna baik-baik apa yang dikatan sang guru.