Lubang Persembunyian

Humor Sufi 53

Kumandang adzan Isya’ terdengar nyaring dari pengeras masjid. Sebuah seruan kepada seluruh umat muslim untuk segera kembali bersujud menghadap sang Khaliq. Semua orang berbondong-bondong memenuhi shaf-shaf di ruangan masjid tak terkecuali juga Nasruddin Hoja. Ia bergegas berdiri di shaf pertama tepat dibelakang sang imam akan memimpin sholat berjama’ah.

Di hari itu, usai melaksanakan sholat Isya’ berjama’ah di masjid ia menyempatkan diri untuk berdzikir dan tak langsung pulang. Selesai dengan urusannya suasana mesjid sudah mulai sepi, hanya ada beberapa orang saja yang masih tetap tinggal. Nasruddin pun beranjak pulang.

Seperti biasa, untuk sampai ke rumahnya ia harus melewati sebuah pekuburan. Suasana begitu sunyi dan sedikit remang begitu langkahnya memasuki area pekuburan itu.  Ketika ia sedang asyik berjalan, lewatlah beberapa orang perampok yang kebetulan menuju arah yang sama dengan Nasruddin.

Baca Juga:  Kebenaran yang Berharga

Derap langkah lelaki itu mendadak pelan sebab ia mulai ketakutan. Matanya bergerak liar melihat ke sekitar. Hingga bola matanya berhenti saat menemukan satu tempat yang menurutnya cukup aman. Maka ia cepat-cepat melompat kedalam sebuah lubang kuburan kosong yang baru saja digali.

Namun apa yang diharapkannya tidak terkabul. Para perampok itu sempat melihat seseorang melompat ke dalam lubang galian itu. Membuat beberapa orang itu penasaran dan timbul keinginan untuk menghampiri. Sungguh malang nasib Nasruddin.

Mereka mendekat dan melongok ke dalam lubang galian tempat Nasruddin bersembunyi. Merasa heran saat melihat sebuah kepala menyembul dari lubang kuburan.

“Hai, siapa kamu?” tanya salah satu dari mereka.

Baca Juga:  Sapi Apes

Nasruddin menelan ludah gugup. Perlahan kepalanya mendongak menatap para perampok itu sebelum menjawab.

“Aku ini adalah mayat yang dikuburkan di sini,” katanya dengan nada bicara tenang.

Orang-orang itu mengernyit dan saling tatap satu sama lain. “Apa ada mayat yang bisa bangun tengah malam begini?” tanya perampok itu lagi.

“Ada.” Nasruddin mengangguk mantap.

“Buat apa?” tanya mereka.

“Untuk menghirup udara segar,” jawab Nasruddin.

“Apa iya, orang mati masih butuh udara segar?”

“Oh, iya. Kalian benar, aku yang salah,” jawab Nasruddin sambil membaringkan diri di dalam kuburan itu.

Para perampok itu pun tertawa dan pergi meninggalkan Nasruddin begitu saja.