Mukidi juga suka mengunjungi tempat-tempat wisata. Ia selalu menyempatkan waktu untuk mengunjungi tempat-tempat baru. Biasanya, dia suka berkunjung ke wisata alam. Salah satunya adalah wisata air terjun. Bagi Mukidi, mandi di air terjun punya sensasi yang luar biasa. Ia menganggapnya berbeda dengan kolam renang biasa dimana ia tidak dapat dengan bebas berekspresi.
Lho, memangnya Mukidi mau berekspresi seperti apa? Ternyata, si Mukidi ini suka sekali mandi di wahana air terjun tanpa busana. Tentu saja, ia memilih tempat-tempat yang sepi atau berada di balik air terjun. Disitu, ia bisa bebas mandi dan merasa segar karena tidak harus memakai baju atau bahkan celana dalam.
Suatu kali, ternyata Mukidi ini tidak tahu bahwa ia tidak sendirian saat ia sedang menikmati kesegaran air terjun tanpa busana. Tanpa ia sadari, ada sosok yang mengintipnya? Wah, siapakah dia? Apakah seorang cewek cantik? Tentu jika hal ini terjadi, Mukidi pasti senang sekali. Sayangnya, bukan cewek cantik yang mengintipnya.
Lalu siapa? Apakah nenek-nenek?
Bukan juga. ternyata seorang waria atau banci yang sedang mengamati gerak-gerik si Mukidi. Tentu saja, si banci ini sangat antusias saat melihat Mukidi berenang ke sana kemari tanpa busana. Ia tidak bosan-bosan mengintipnya. Tanpa ia sadari, si banci ini menginjak ranting dan terpeleset. Bunyi ranting patah terdengar sangat keras karena tidak ada orang di sekitar mereka.
Mukidi pun setengah ketakutan. Ia menyangka ada penjahat atau hewan buas yang akan memangsanya. Mukidi pun berteriak setengah mengancam.
“Siapa yang ada disitu?”
Tidak ada jawaban. Mukidi pun sedikit tenang meskipun juga agak was-was. Beberapa menit kemudian, ia mendengar ada suara ranting patah lagi juga suara benda jatuh. Mukidi langsung mengira bahwa ada penjahat yang sedang mengincarnya. Ia pun berteriak mengancam.
“Siapa yang ada disitu? Kalau tidak mau mengaku, nanti saya sumpal pakai ‘senjata’ saya lo ya.” Ia berkata demikian karena ia mengira bahwa penjahat tersebut adalah pria ‘beneran’.
Sungguh Mukidi terkejut bukan kepalang ketika muncul seorang waria dari balik pepohonan dengan wajah sumringah sembari berkata, “Janji lho ya…!”