Penjual yang Curang

Cerita Lucu Mukidi 33

Bulan Ramadhan adalah bulan yang kedatangannya selalu ditunggu-tunggu oleh umat muslim. Bulan penuh berkah dimana bisa meraih pahala sebanyak-banyaknya. Tidak hanya itu bagi Markonah yang menjual aneka kue, Ramadhan juga memberikan berkah tersendiri.

Apalagi mendekati hari raya Idul Fitri, Siti Markonah begitu sibuk memenuhi pesanan kue yang membeludak. Banyak orang memesan kue kering untuk suguhan. Hari kemenangan itu memang menjadi salah satu waktu berkumpul dengan sanak saudara.

Kesempatan ini tidak datang setiap hari, jadi wajar saja jika para pelanggan Markonah mempersiapkan banyak makanan termasuk kue. Markonah biasanya menjual kue-kue itu dalam sebuah kemasan yang masing-masing beratnya 0,5 hingga 1kg.

Kendati sudah mempersiapkan segala bahan yang dibutuhkan dengan teliti, nyatanya masih ada yang terlewat. Suatu hari saat akan membuat pesanan, Markonah kehabisan tepung terigu. Tidak ingin menunda yang berakibat kue buatannya tidak selesai sesuai target, Markonah pun bergegas membeli satu kilo tepung terigu kepada seorang petani.

Perempuan itu pergi setelah memberikan sejumlah uang dan menerima satu kantung tepung. Namun sepanjang perjalanan ia merasa kantung yang ia pegang beratnya tidak mencapai satu kilo tepung.

Begitu sampai di rumah, Siti Markonah memastikan sendiri berapa berat tepung yang dibelinya. Sampai ia mendapati dugaannya benar. Berulangkali pun ia timbang, hasilnya tetap sama, berat tepung itu kurang dari satu kilo.

‘Dasar petani tukang tipu,’ pikirnya geram.

Yakin si petani penjual tepung telah berbuat curang, Siti Markonah pun melaporkan masalah itu kepada hakim. Sang hakim kini memanggil si petani untuk menemuinya, begitu juga dengan Markonah sebagai pelapor.

“Apa kamu memiliki timbangan sendiri di rumah untuk menimbang tepung yang kamu jual?” Sang hakim mulai melempar pertanyaan kepada petani.

Baca Juga:  Sang Penyelamat

“Saya tidak memiliki timbangan tuan hakin,” jawab sang petani.

Tuan hakim mengernyit. “Lalu dengan apa kamu menimbang terigu yang kamu jual kepada para pembelimu itu?” tanya hakim itu lagi.

Sang petani penjual terigu itu tersenyum sebelum menjawab dengan mantap, “Ah, itu sangat mudah. Saya samakan saja berat satu kilo terigu dengan satu kilo kue kering buatan Markonah.”