Weekend adalah surga bagi para karyawan untuk sejenak beristirahat dari hari kerja yang penat. Dari sekian banyak kegiatan yang sering dilakukan untuk menghabiskan waktu weekend adalah bermain golf. Mukidi pun mengunjungi salah satu tempat bermain golf yang terkenal di Sentul. Kali ini dia hanya pergi sendiri saja karena teman-temannya sedang sibuk pergi ke tempat lain bersama keluarga.
Lapangan hijau terhampar di hadapannya. Saat dia sampai, tempat itu sudah cukup ramai pengunjung. Tak jauh dari tempat Mukidi berada, ada dua orang perempuan yang sepertinya tengah belajar bermain golf, terlihat dari gerakannya yang kaku.
Keduanya terlihat antusias meskipun belum berhasil memukul bola dengan benar. Hingga beberapa saat kemudian salah satu diantara mereka bersorak karena berhasil dengan pukulan kerasnya pada tee-off. Namun sayang bola melambung terlalu jauh hingga meluncur tepat pada seseorang.
“ADUHH…!” Kedua perempuan itu membelalakkan mata mendengar pekikan korban lemparan bola. Orang itu Mukidi, ia mengaduh begitu merasakan sebuah bola golf menghantam bagian tubuhnnya.
Pria itu bahkan kini tengah berguling-guling di atas rumput berharap rasa sakitnya berkurang. Diletakkannya kedua telapak tangan Mukidi di tengah kedua paha sambil mengerang.
Perempuan yang telah memukul bola tadi berlari mendekat pada Mukidi. “Aduh mas, maaf ya, saya tadi nggak sengaja,” katanya. Ia sangat merasa bersalah dan cemas dengan keadaan korbannya yang terlihat begitu kesakitan.
Tak mendengar jawaban Mukidi, teman dari perempuan itu menawarkan bantuan. “Mau saya bantu nggak, mas? Saya bekerja di Rehab Medik sebagai ahli fisioterapi loh, mas.”
Mukidi mengalihkan perhatiannya pada kedua perempuan yang kini tengah menatapnya prihatin. Susah payah ia menjawab pertanyaan keduanya. “Terimakasih banyak mbak, saya baik-baik saja kok… nanti juga sakitnya membaik,” katanya sambil sesekali meringis karena berusaha menahan sakit tangan yang berada di antara paha.
Tidak tega melihat Mukidi yang kesakitan, perempuan yang mengaku ahli fisioterapi itu pun turun tangan. Dengan gesit ia menurunkan resleting celana yang Mukidi kenakan lalu mengurut ‘club’ Mukidi dengan gerakan teratur.
“Gimana mas, sudah enakan belum? tanya si ahli fisioterapi setelah beberapa menit melakukan tindakan pertolongan.
“Ya…iya…iya… enak sih mbak… tapi bukan disitu yang sakit, ini jempol saya…”