Mengajar Bahasa Kurdi

Nasruddin Hoja sedang berdiam diri di bawah pohon arbei. Salah satu tumbuhan berbuah yang ia tanam di kebun samping rumahnya. Seperti biasa ketika melihat sesuatu, Mullah Nasruddin akan berpikir tentang ciptaan Tuhan, sehingga dimanapun ia berada, ia akan melihat wujus dari kuasa Allah.

Kala itu Nasruddin tengah merenung kenapa Tuhan menciptakan pohon arbei yang besar dengan buah yang kecil-kecil. Lalu labu dengan batang yang terlihat lebih kecil dan mudah patah itu memiliki buah yang sangat besar.

Usai menemukan jawabannya, sang Mullah pun beranjak dari duduknya. Hari sudah sore, ia akan membersihkan diri sebelum bersiap pergi ke Masjid untuk sholat maghrib berjma’ah bersama para muridnya.

Mullah Nasruddin tengah memakai jubah saat pintu rumahnya diketuk dan terdengar sebuah suara mengucap salam. Lelaki itu pun menjawab salam dan bergerak membuka pintu. Disana berdiri seorang tetangga yang tinggal tak jauh dari rumahnya.

Tetangganya itu bilang bahwa kedatangannya ke rumah sang Mullah adalah untuk belajar bahasa Kurdi. Ia meminta Nasruddin untuk mengajarnya. Ia menolak karena dia memang belum cukup fasih berbahasa Kurdi.

Tetangganya itu bilang bahwa ia tidak keberatan dan tetap memaksa ingin diajari oleh Nasruddin. Mullah pun menyanggupi permintaan sang tetangga. Meskipun sebenarnya dia sendiri belum begitu bisa bahasa Kurdi. Hanya beberapa patah kata saja yang ia kuasai.

Dengan begitu bersemangat, sang tetangga mulai mendengarkan sebuah kosa kata yang disebutkan oleh Nasruddin.

“Baiklah kalau begitu, kita mulai dengan sup panas. Dalam bahasa Kurdi, itu disebut dengan Aash,” kata Nasruddin memulai pembelajaran.

Tetangganya mencoba mengingat kosa kata itu agar ia segera hafal dan bisa berbahasa Kurdi. Kemudian ia bertanya kepada Nasruddin, “Bagaimana dengan sup dingin? Itu disebut apa dalam bahasa Kurdi, Mulla?”

Baca Juga:  Perusuh Rakyat

“Hmm.” Nasruddin tampak berpikir, apa bahasa Kurdi untuk sup dingin. Sudah tahu kan, ia hanya bisa beberapa kosa kata saja. Dan sup dingin tidak termasuk di dalamnya.

“Perlu kamu tahu bahwa orang Kurdi tidak pernah membiarkan sup hingga menjadi dingin. Jadi kamu tidak akan pernah mengatakan sup dingin dalam bahasa Kurdi,” lanjutnya.