Sup Pedas

Nasruddin Hoja bukanlah seorang yang kaya raya. Tapi untuk kebutuhan pokok sehari-hari mereka tidak pernah kekurangan. Berbeda dengan kebutuhan mewah, Nasruddin dan istrinya tidak punya barang mewah atau makanan mewah di dalam rumahnya. Semua serba cukup dalam kadar yang sederhana.

Namun nasib malang menimpa Nasruddin. Pada suatu hari sang istri yang biasanya tidak pernah meminta sesuatu, kini meminta Nasruddin membelikannya sebuah cincin. Lelaki itu tahu akan kemampuannya, sebagai orang yang tidak begitu kaya tentu saja ia tidak bisa menyanggupi keinginan sang istri.

Istrinya yang begitu mengingikan cincin tidak terima dengan keputusan itu. Dia menjadi marah karena keinginannya tidak dituruti oleh sang suami. Padahal selama ini dia belum pernah mengeluh untuk dibelikan sesuatu oleh Nasruddin. Ia merasa tidak terima satu permintaannya tidak dipenuhi.

Baca Juga:  Ukuran Kebijaksanaan

Masih marah dengan sikap Nasruddin, sang istri berniat membalas dengan memasak sup yang sangat pedas untuk makan malam mereka nanti. Si istri sengaja tidak akan mengatakan itu kepada suaminya.

Saat makan malam tiba, keduanya sudah duduk berhadapan di meja makan. Tapi sugguh malang, sang istri justru lupa dengan jebakannya sendiri, kemudian menyendok sup pedas itu ke dalam piringnya sebelum Nasruddin mulai makan. Tentu saja mulut si istri terasa panas karena kepedasan. Seketika itu juga air mata melelah di kedua pipinya.

Nasruddin yang melihat istrinya menangis sesenggukan itu terheran-heran dan bertanya, “Kenapa kamu menangis?”

Sang istri mengusap lelehan air mata yang membuat kedua pipinya terlihat basah. “Dulu, Ibu suka membuat sup yang seperti ini, ia juga sangat menyukai masakan sup ini. Setiap kali aku makan sup seperti ini aku jadi ingat Ibu dan menangis,” katanya di sela tangis.

Baca Juga:  Kebenaran yang Berharga

Kini giliran Naruddin menyiramkan kuah sup ke dalam piring berisi nasi miliknya. Sama seperti istrinya, ia pun ikut menangis. Air mata yang meleleh di pipinya bahkan lebih banyak dari pada sang istri.

“Kenapa kamu juga menangis?” tanya si istri.

“Aku juga ingat almarhumah Ibu kamu, kenapa dia mati meninggalkan kamu tanpa mengajakmu.” jawab Nasruddin.