Pada zaman dahulu, sebuah periuk digunakan sebagai wadah air. Hampir setiap rumah memiliki periuk. Namun, Nasruddin Hoja yang saat itu tidak memiliki periuk merasa kebingungan hingga akhirnya dia memutuskan untuk meminjam periuk kepada tetangganya.
“Wahai tetanggaku yang baik hati, sudikah engkau meminjamkan periuk kepadaku?” pinta Nasruddin
“Baiklah Nasruddin.”
Mendapatkan sebuah periuk tersebut, Nasruddin sangat gembira hingga dia pulang dan menggunakan periuknya sebagaimana mestinya. Selang beberapa hari, Nasruddinpun mengembalikan periuk tersebut dengan menyertakan periuk kecil di sebelahnya.
“Wahai sahabat, buat apa periuk kecil tersebut?” tanya tetangga dengan heran
“Tetanggaku, kabar gembira datang dari periukmu. Beberapa hari yang lalu periuk yang kamu pinjam hamil dan melahirkan anak dan inilah anak periuk tersebut.” jawab Nasruddin
Mendengar pernyataan Nasruddin, tetangga itu sangat gembira sekaligus sedikit heran. Namun, dia sangat beruntung mendapatkan periuk kecil hingga pada akhirnya Nasruddin kembali datang ke tetangga itu lagi.
“Wahai tetanggaku, bolehkah aku meminjam barang satu periuk saja?” tanya Nasruddin
Tanpa ragu, tetangga tersebut langsung memberikan periuknya dan Nasruddin membawa periuk tersebut pulang. Anehnya, Nasruddin meminjam periuk tersebut hingga berbulan-bulan tanpa memberikan kabar sedikitpun. Tentu saja hal ini membuat tetangganya menjadi semakin marah kepada Nasruddin. Hingga pada suatu hari, tetangga tersebut memutuskan untuk menemui Nasruddin.
“Hai, Nasruddin, cepat keluar!” teriak tetangga Nasruddin
Mendengar teriakan, Nasruddin keluar rumah dan menemui tetangganya yang tersulut api amarah.
“Wahai tetanggaku, ada apa gerangan, engkau berteriak seperti itu?” tanya Nasruddin
“Kau kemanakan periuk yang kau pinjam beberapa bulan yang lalu?” tanya tetangga
“Maafkan aku, tetangga. Aku sangat menyesal mengatakan hal ini, bahwa periuk yang engkau miliki telah meninggal.” jawab Nasruddin
“Bagaimana bisa, sebuah periuk meninggal dunia? Jangan bercanda kau, wahai Nasruddin!” bentak tetangga
“Oh, tetanggaku yang malang. Jika beberapa bulan silam periukmu bisa melahirkan sebuah anak, kini bukan menjadi sebuah keanehan jika pada akhirnya periuk tersebut meninggal dunia.” jawab Nasruddin
Mendengar penjelasan tersebut, tetangga Nasruddin sangat geram dan gusar. Namun, apa daya karena dia telah mempercayai pernyataan bodoh Nasruddin jika periuknya pernah melahirkan dan kini dia harus menerima kenyataan bodoh jika periuk besarnya telah meninggal dunia.