Suatu hari, Nasruddin Hoja diundang ke sebuah pesta pernikahan kerabatnya. Banyak sekali tamu yang hadir di pernikahan itu. Beberapa sibuk bercengkerama satu dengan yang lain, sedangkan sebagian lainnya mencicipi hidangan yang disajikan di pernikahan itu. Karena begitu mewahnya pernikahan yang dihadiri oleh Nasruddin itu, tidak heran kalau makanan yang tersaji pun adalah makanan mahal dan langka yang jarang bisa ditemukan warga biasa.
Karena banyaknya makanan lezat yang terhidang, tidak sedikit orang yang Nasruddin lihat mengambil banyak makanan dengan rakusnya, tak terkecuali salah seorang sahabatnya sendiri yang kebetulan duduk di sebelahnya.
Jika dilihat sekilas, mungkin sahabat Nasruddin itu terlihat sedang asyik makan seperti tamu-tamu lainnya. Nasruddin sendiri baru saja menghabiskan makanan yang disantapnya, ketika pandangan Nasruddin Hoja yang cukup jeli menangkap bahwa selain makan biasa, sahabatnya itu juga sibuk memasukkan banyak makanan ke dalam kantongnya secara diam-diam. Padahal, ia sudah makan cukup banyak. Nasruddin Hoja hanya bisa geleng-geleng kepala melihat keserakahan temannya.
Melihat sifat temannya yang rakus dan seperti sudah tidak makan berminggu-minggu itu, Nasruddin Hoja mempunyai ide untuk mengerjainya sekaligus memberi pelajaran agar tidak rakus dan serakah. Buru-buru Nasruddin mencari teko air di dekatnya, kemudian menyiram isinya ke kantong sahabatnya yang rupanya belum sadar karena masih sibuk dengan makanan yang diambilnya.
Ketika menyadari kantongnya terasa basah karena banyaknya air yang dituangkan oleh Nasruddin Hoja, sahabatnya itu terkejut dan sedikit marah. Makanan yang ada dalam kantongnya pun menjadi ikut basah karena ulah Nasruddin.
“Hei, Nasruddin Hoja! Apa kau sudah gila? Baju dan kantongku menjadi basah karena kau siram air!”
Mendengar teguran itu, Nasruddin Hoja pura-pura terkejut dan berkata. “Maaf sobatku, sebenarnya aku ini tidak bermaksud buruk. Aku lihat, kau menyimpan banyak sekali untuk ditelan oleh kantongmu. Karena itu, aku jadi khawatir. Masa kantongmu makan sebanyak itu tapi tidak minum? Makanya aku berniat untuk memberi kantongmu minum dengan menyiramkan air. Dengan begitu, kantongmu tidak haus lagi.”