Kisah tentang Mukidi ini memang cukup menggelitik. Si Mukidi sedang khawatir terkena penyakit jantung. Untuk itulah, ia mengunjungi seorang seksologi. Apa hubungannya? Bukankah ia seharusnya mengunjungi dokter spesialis penyakit dalam?
Begini ceritanya. Mukidi mengaku memiliki masalah saat melakukan hubungan intim dengan wanita. Karena itulah, ia dan pasangannya mendatangi seorang seksologi.
Dokter: “Apa keluhan bapak?”
Mukidi: “Saat ini saya sedang mengkhawatirkan kondisi jantung saya. Saya ini merasa bahwa jantung saya riskan saat melakukan hubungan seks. Saya takut dapat membahayakan jantung saya.
Mendengar hal ini, si dokter langsung tanggap dan langsung melakukan pemeriksaan. Ternyata, dugaan Mukidi meleset. Pemeriksaan jantung menunjukkan hasil normal.
Dokter: “ Tidak ada masalah dengan jantung bapak. Hubungan suami istri bisa dilakukan sewajarnya.”
Mukidi: “ Wah, benarkah? Bagaimana kalau dokter sendiri yang melihat supaya dapat langsung memeriksa wajar tidaknya?”
Meski si dokter sempat ragu, tetapi akhirnya ia memberikan izin kepada Mukidi dan pasangannya untuk mempraktekkan masalah hubungan intim. Seusai berhubungan, dokter memberikan pendapat bahwa jantung Mukidi masih normal, termasuk cara berhubungan intim tersebut. Sesi pertemuan berakhir dengan pembayaran uang konsultasi sebesar Rp. 100.000.
Ternyata, masalah Mukidi belum berakhir. Mereka kembali ke dokter dan berkata mereka tengah jenuh dengan gaya bercinta yang monoton. Mereka pun ingin berkonsultasi apakah tidak berbahaya jika mereka mempraktekkan gaya yang berbeda. Mereka ingin mempraktekkannya di depan dokter, sehingga dokter dapat langsung menilai.
Lagi-lagi, dokter mengiyakan. Mukidi dan pasangan pun mencoba gaya yang berbeda. Setelah selesai, dokter berkata bahwa gaya mereka normal saja dan tidak berbahaya bagi jantung. Tapi ternyata, Mukidi dan pasangan tidak puas. Mereka masih mendatangi dokter beberapa hari setelah pertemuan terakhir.
Lama kelamaan, si dokter pun merasa kesal. Mukidi dan pasangannya hanya mempertanyakan masalah yang sama dalam setiap kunjungan mereka. Saat dokter menanyakan mengapa Mukidi dan pasangannya datang terus meskipun tidak ada masalah kesehatan yang mereka hadapi. Jawaban Mukidi pun sangat tidak terduga.
“Kalau saya menyewa hotel kan saya harus bayar Rp 500.000. Kalau disini saya hanya bayar Rp 100.000. Jadi lebih irit.”