Salah Sasaran

Cerita Lucu Mukidi 28

Suasana jalanan cukup lengang saat Mukidi pulang usai lembur bekerja. Sesekali pria itu bersenandung mengikuti lagu yang mengalun dari radio, satu-satunya yang menemani perjalanan pulangnya.

Saat melintasi area yang sepi, tak sengaja matanya melihat seorang biarawati dengan postur tubuh aduhai tengah berdiri di pinggir jalan. Sepertinya perempuan berseragam hitam putih itu tengah menunggu angkutan umum. Kemungkinan akan sulit menemukan taxi di area itu, maka Mukidi pun menepi berniat menawarkan tumpangan.

“Hai, menunggu taxi? mungkin tidak akan ada yang lewat dijalanan sepi ini,” kata Mukidi saat berdiri di depan biarawati. Mukidi merasa beruntung bisa melihat perempuan itu dari jarak dekat, dan ternyata begitu cantik melebihi Whoopy Goldberg.

Baca Juga:  Tetangga Salah Mengira

Pria itu tersenyum tipis melihat sang biarawati tampak melihat ke sisi jalan yang memang sepi. “Bagimana kalau saya antar?” tawar Mukidi. Tanpa menunggu jawaban biarawati, ia membukakan pintu di sisi samping kemudi mobilnya. Akhirnya perempuan itu pun perlahan memasuki mobil dan duduk di kursi penumpang, tepat di samping Mukidi.

“Terimakasih loh mas. Maaf ya, jadi merepotkan nih,” ucap perempuan itu ramah, tak lupa dengan tambahan senyuman manisnya.

Mukidi pun merasa senang mendapat senyum manis biarawati. Mobil mulai melaju pelan, ia juga menanyakan tempat tujuan sang biarawati. Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja muncul pikiran kotor Mukidi pada perempuan di sampingnya.

Pria itu melirik biarawati kemudian berdeham, berusaha menarik perhatian perempuan itu. “Sus, by the way saya nggak pernah loh dicium biarawati secantik suster. Boleh dong saya dikasih cium sekali aja?” rayunya.

Baca Juga:  Bangkit dari Kematian

“Hm… gimana, ya?” Biarawati itu melirik malu-malu. “Apa kamu Katolik? Dan kamu lanjang?”

Mukidi mengangguk dengan antusias. “Ya, aku keduanya.”

Biarawati itu tersenyum, lalu tanpa aba-aba langsung mencondongkan tubuh ke arah pengemudi dan mencium pipi Mukidi. Pria itu pun sangat senang. “Terima kasih loh, sus. Tapi maaf saya bohong. Sebenarnya saya muslim dengan dua orang putri.”

“Ah, santai aja mas. Saya juga sebenarnya bukan biarawati kok. Ini saya cuma mau ngisi pentas sandiwara buat acara Natal. Salam kenal, saya Joseph.”