Markonah memiliki rencana dibulan Ramadhan tahun ini ia ingin lebih produktif. Mulai dari memasak makanan sahur dan buka sendiri, sampai mempersiapkan camilan lebaran seperti kue sendiri. Ia membuat daftar yang terstruktur untuk menu 30 hari.
Di pertengahan puasa, Markonah ingin membuat takjil semacam kolak. Sebelum ia memutuskan ingin membuat kolak apa, Markonah memutuskan bertanya kepada suaminya.
“Untuk takjil nanti sore aku mau buat kolak, kamu ingin kolak apa mas?”
Mukidi yang mendapat pertanyaan tersebut berpikir sejenak “Bagaimana kalau kolak biji salak dik?” usul Mukidi
“Hmm kolak biji salak ya?” timpal Markonah setengah berpikir
“Baik, aku akan cari bahannya dulu”, imbuh Markonah.
Mukidi yang merasa senang pun akhirnya meng-iyakan kepergian Markonah ke dapur untuk mencari bahan-bahan kolak biji salak.
Sesampainya di dapur, Markonah memikirkan bahan apa saja yang akan ia pakai untuk membuat kolak biji salak. Ia mulai mengumpulkan gula aren, santan, daun pandan dan yang terpenting ialah biji salak.
Hari sudah menuju siang dan Mukidi melihat istrinya terlihat sibuk di dapur. Tidak sabar dengan menu takjil nanti Mukidi dibuat senyum-senyum sendiri. Ia membayangkan betapa nikmatnya kolak biji salak buatan istrinya dipadu dengan santan dan dimakan ketika masih hangat.
Ketika sore tiba Mukidi mulai bersiap dan membantu istrinya untuk menata meja. Ia mulai mempersiapkan alat makan seperti piring, sendok dan juga gelas. Tidak lupa mangkuk untuk wadah kolak biji salak yang sudah ia tunggu semenjak siang tadi.
Adzan sudah berkumandang, tibalah saatnya Mukidi menyantap menu takjil yang dibuat istrinya. Ia sudah siap duduk di meja makan sambil menunggu giliran mengambil kolak biji salak. Mukidi berdiri untuk mengambil kolak biji salak, namun saat sudah menuangkan kolak ke wadahnya, Mukidi dibuat kaget.
Karena kekagetannya, ia tidak jadi memakan kolak biji salak buatan istrinya tersebut. Selesai makan Mukidi langsung membereskan meja makan dan bergegas untuk shalat Maghrib. Usai shalat Maghrib ia bergegas pergi dari rumah menuju pos ronda.
Di Pos Ronda Mukidi melihat Wakijan sedang duduk sambil merokok. Setelah sedikit dekat dengan Pos Ronda Mukidi mulai membuka pemmbicaraan,
“Celaka jan, Markonah hampir membunuhku”
“Kenapa? kamu mau di racun?” Tanya Wakijan kaget
“Bukan! Dia masak kolak biji salak” jawab Mukidi
“Kalau itu istriku juga bisa buat, apa yang terjadi?” Tanya Wakijan
“Iya kolak biji salak, tapi istriku pakai biji salak sungguhan”, jawab Mukidi tidak habis pikir dengan istrinya.