Sudah Tidak Waras

Cerita Lucu Abu Nawas 18

Ayah Abu Nawas bekerja sebagai penghulu di kerajaan Maulana yang terletak di Baghdad. Pada suatu hari ayah Abu Nawas yang sudah tua dan sakit-sakitan meninggal dunia. Lalu tidak lama setelah Ayahnya meninggal dunia, Abu Nawas dipanggil ke istana yang diperintahkan langsung oleh baginda Raja untuk mengubur ayahhandanya sebagaimana adat yang ditetapkan oleh Syeikh Maulana.

Yang dilakukan Abu Nawas sesuai dengan yang dilakukan Kadi Maulana mulai dari memandikan jenazah, sampai mengkafani, menshalatkan hingga mendoakan ayahnya. Setelah selesai dikuburkan, Raja berniat untuk menjadikan Abu Nawas sebagai Kadi menggantikan ayahnya yang telah wafat.

Namun setelah Abu Nawas mendengar niat dari sang Raja, Abu Nawas yang awalnya adalah pemuda yang cerdas, berubah menjadi seseorang yang kehilangan akal atau tidak waras. Setelah menguburkan ayahnya, Abu Nawas mengambil sebuah kayu yang ia naiki layaknya sedang menunggang kuda. Ia berlari-lari dari tempat ayahnya dukuburkan, sampai menuju rumahnya.  Tentu saja orang-orang yang menyaksikan Abu Nawas menjadi terheran-heran.

Hari sudah berganti, pada suatu waktu Abu Nawas mengajak anak kecil dalam jumlah yang lumayan banyak untuk pergi ke makam ayahnya. Sesampainya di makam, Abu Nawas mengajak anak-anak tersebut untuk bermain rebana dan bersuka cita. Semua orang dibuat heran oleh kelakuan Abu Nawas tersebut.

Beberapa orang yang diutus Sultan Harun Al-Rasyid datang menemui Abu Nawas. Wazir salah satu utusan mengatakan “Hai Abu Nawas kau dipanggil Sultan untuk menghadap ke istana” lalu Abu Nawas menimpali “buat apa Sultan memanggilku? Aku sudah tidak ada urusan lagi dengannya”

Baca Juga:  Murid Cerdik, Bu Guru Cuma Mendelik

Utusan raja yang lain ikut berpendapat “Hai Abu Nawas! Kau tidak boleh berkata seperti itu kepada Rajamu” dengan entengnya Abu Nawas mengatakan “Hai wazir! Kau jangan banyak berbicara! Cepat ambil kudaku dan mandikan disungai !”. Mendengar hal itu, wazir hanya bisa geleng-geleng kepala.

Untuk mengkonfirmasi, wazir bertanya kepada Abu Nawas “Abu Nawas kau mau atau tidak untuk menghadap Sultan?”

“Katakan kepada Rajamu, Aku sudah tahu dan aku tidak mau” timpal Abu Nawas

Wazir yang tidak paham bertanya “apa maksudmu Abu Nawas?”

Dengan acuh Abu Nawas menjawab “Sudah pergi sana! Katakan jawabanku kepada rajamu itu”

Sepulangnya wazir dari rumah Abu Nawas ia langsung menyampaikan jawaban Abu Nawas kepada Sultan. Lalu dengan geram Sultan berkata “kalian tidak becus! Hanya membawa Abu Nawas kemari saja tidak bisa! Cepat kembali kerumahnya dan paksa ia menemuiku”

Setelah mendengar kemarahan Sultan, wazir akhirnya membawa sejumlah pengawal untuk membawa Abu Nawas kehadapan Sultan. Kedatangan Abu Nawas lantas malah membuat Sultan geram dan membuat Abu Nawas dikeluarkan dari istana.

Sesampainya di pintu gerbang, Abu Nawas berbincang dengan penjaga gerbang. Ia bertanya “Apakah penjaga gerbang mau menerima hadiah yang diberikan Sultan. Jika penjaga gerbang mau, Abu Nawas akan memebrikan semua hadiah itu” lalu dengan senang hati penjaga gerbang menerima tawaran itu.

Baca Juga:  Bangunkan Kalau Sudah di Purwokerto

Tidak berselang lama setelah penjaga gerbang mengatakan kesediaanya untuk menerima hadiah dari raja, Abu Nawas langsung memukuli penjaga gerbang sebanyak 25 kali. Penjaga itu pingsan dan setelah terbangun mengadukan perbuatan Abu Nawas kepada Sultan.

Sultan meminta untuk memanggil Abu Nawas dan Abu Nawas bercerita tentang perjanjiannya dengan penjaga tersebut. Sultanpun tertawa mendengar penjelasan Abu Nawas. Raja menyatakan bahwa Abu Nawas tidak bersalah, bahkan sekarang Sultanpun tahu bahwa penjaga pintu kota Baghdad adalah seorang pemeras.

Seiring berjalannya waktu, pemilihan Kadi pun diselenggarakan. Tentu saja Abu Nawas tidak dipilih karena dinyatakan tidak waras oleh para penduduk. Hal ini membuat Abu Nawas mengingat pembicaraan Ayahnya sebelum wafat, bahwa resiko menjadi kadi sangat berat karena semasa ayahnya hidup, ia diwajibkan mendengarkan semua masalah yang dialami orang-orang meskipun orang yang tidak ia sukai sekalipun.

Maka dari itu, Abu Nawas harus memiliki alasan yang jelas agar tidak diangkat menjadi kadi. Abu Nawas memilih menjadi seseorang yang tidak waras untuk menyelesaikan perkara diangkatnya dia menjadi Kadi.