Sang Dermawan

Cerita Lucu Mukidi 29

Coba jujur saja pada diri sendiri. Jika Anda sedang berada di masjid atau gereja dan Anda diminta memasukkan uang amal atau persembahan pasti Anda mau melakukannya. Nah, tetapi jika ada pilihan dua lembar uang di dompet, yaitu Rp 1.000 dan Rp 100.000, lembaran mana yang akan Anda masukkan?

Tentu, jawaban ini dapat Anda simpan sendiri. Tetapi, tidak halnya dengan Mukidi. Suatu hari, Mukidi sedang shalat Jumat. Kebetulan saat itu adalah bulan Ramadhan. Mukidi pun sangat khusuk mendengarkan khotbah.

Setelah tiba saatnya kotak amal dibawa berkeliling supaya para jamaah mengisinya, Mukidi pun dengan percaya diri mengambil dompet. Setelah mengintip dompetnya sekilas, ia pun mengambil uang Rp. 1.000. Ia memasukkan lembaran uang tersebut ke dalam kotak amal yang lewat di depannya.

Ternyata, ada seorang pria yang duduk di belakangnya dan berusaha mencolek pundaknya. Spontan si Mukidi menoleh. Ternyata si pria menjulurkan tangannya dan memberikan selembar uang Rp 100.000 kepada Mukidi. Tanpa berpikir panjang dan tanpa banyak tanya, Mukidi memasukkan uang itu ke dalam kotak amal.

Shalat jumat pun berakhir. Mukidi masih memikirkan betapa pemurahnya bapak yang di belakangnya tadi. Ia membayangkan pasti bapak tersebut sangat kaya karena memberikan uang dalam jumlah yang cukup besar untuk kotak amal. Satu hal yang paling jarang dilakukan oleh kebanyakan orang.  Mukidi juga sempat berpikir bahwa ia sendiri mungkin masih merasa berat untuk melakukannya.

Setelah itu, Mukidi menoleh dan ia ingin menyapa bapak-bapak yang menyerahkan uang tersebut. Ia pun mendapatkan sambutan senyum yang lebar dari si bapak. Mukidi berpikir bahwa orang ini tidak hanya dermawan tetapi juga sangat ramah.

Baca Juga:  Saddam dan Pesawat Garuda

Mereka sempat bercakap-cakap singkat seiring dengan para jemaah yang keluar dari masjid tersebut. Ketika mereka hendak berpisah karena berbeda tujuan, sang bapak mengatakan satu kalimat yang membuat Mukidi langsung terhenyak.

“Oh iya mas, saya lupa bilang. Tadi itu uang Rp 100.000 yang saya berikan adalah uang Anda yang jatuh dari dompet.”