Keledai Salah Arah

Pada suatu hari sang Mullah Nasruddin Hoja berangkat pergi ke Masjid bersama para muridnya untuk melaksanakan sholat Jum’at. Sudah menjadi rahasia umum kalau yang menjadi murid Nasruddin adalah para pemuda yang cerdas pemikirannya namun sangat bandel tingkah lakunya. Dan Nasruddin sebagai guru sangat paham akan hal itu.

Seringkali beberapa muridnya itu menghilang jika tidak dipantau dengan benar. Mereka berkata akan berangkat pergi ke Masjid untuk sholat berjam’ah, namun ternyata tidak pernah sampai ke Masjid. Entah kemana perginya para pemuda itu, tentunya hari ini Nasruddin tidak akan membiarkan satu pun muridnya lolos dari pengawasannya.

Karena tau akan betapa bandel murid-muridnya, ia memutuskan untuk mengawasi mereka dari jarak dekat. Namun Nasruddin merasa dirinya sebagai seorang guru, tidak lah pantas kalau berada di belakang sementara para muridnya berjalan di depan. Sungguh tidak sopan.

Lelaki itu mulai memikirkan cara bagaimana agar ia berada di depan, namun tetap bisa mengawasi mereka agar tidak kabur saat perjalanan ke Masjid. Sampai akhirnya sebuah ide cemerlang ia dapatkan. Ia bergegas pergi ke kandang untuk mengeluarkan keledai.

Mullah Nasruddin pun membawa seekor keledai miliknya untuk ia jadikan tunggangan menuju Masjid. Lelaki itu menunggangi keledai di depan para muridnya dengan menghadap belakang. Dengan demikian, ia bisa berada di depan tapi tetap bisa melihat ke arah murid-muridnya.

Murid-muridnya keheranan melihat aksi sang guru. Bagaimana mungkin seorang menunggangi keledai dengan posisi terbalik seperti itu. Salah seorang diantara mereka pun berkata kepada Nasruddin.

Baca Juga:  Jangan Besar-Besar Kenapa?

“Mullah, anda mengendarai keledai dengan terbalik,” tegurnya.

“Tidak seperti itu,” jawab Mullah Nasruddin. “Aku sudah menghadap ke arah yang benar, keledaikulah yang berjalan ke arah yang salah,” lanjutnya.

Murid-muridnya saling tatap satu sama lain sebulum akhirnya mereka kompak mengangguk seolah paham, meskipun sebenarnya tidak mengerti maksud sang guru.

Perjalanan mereka lanjutkan dengan tertib. Mullah Nasruddin sampai ke Masjid dengan jumlah muridnya yang masih lengkap. Kemudian melanjutkan sholat Jum’at secara berjama’ah bersama orang-orang di kota Ak Shehir.