Humor memang begitu luas dan bisa dibuat oleh siapa saja, tetapi saat menyampaikan lelucon kita juga harus memperhatikan rentang usia orang yang akan mendengarkannya. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, selain menghindari hal yang tidak diinginkan juga akan lebih cepat mengena ke target pendengar.
Tujuan dari diberikannya cerita yang lucu adalah bisa segera ditertawakan dengan cepat dan sesuai dengan tempo yang diharapkan. Namun jika cerita lucu itu tidak tepat sasaran tentu kesan lucunya akan berkurang dan hal tersebut sangat disayangkan jika terjadi.
Maka dari itu kita perlu untuk memperhatikan masalah usia ini. Jangan mengabaikan, karena masalah usia juga akan memengaruhi sebuah humor akan berhasil diterima atau tidak. Jika kamu mengabaikannya, maka ada kemungkinan besar humor tersebut tidak sampai membuat orang tertawa atau bahkan bisa menjadi masalah baru nantinya.
Lelucon Receh Istrinya Merengek
Istilah receh kerap digunakan untuk orang yang mudah tertawa atau selera humornya murahan. Dari situlah, lelucon receh kini semakin banyak untuk membuat sebagian orang tertawa. Orang yang mempunyai selera humor receh tentunya menyukai cerita-cerita semacam ini.
Siapa bilang lelucon receh tidak lucu? Lucu, kok. Anda hanya perlu meresapi makna ceritanya agar mengerti dimana sisi lucunya. Langsung saja, kita mulai cerita receh kali ini.
Daud tinggal di sebuah perumahan dengan rumah-rumah yang berjejer rapat sehingga ia sangat mengenal para tetangganya. Selain itu, apabila ada keributan atau musik yang dipasang terlalu kencang Daud bisa mendengarnya.
Salah satu tetangga yang ia kenal dekat adalah Victor dan istrinya yang belum lama pindah. Mereka sebenarnya orang baik, tapi malam itu, mereka cukup mengganggu keinginan Daud untuk tidur. Pasalnya, mereka ribut di tengah malam. Sempat terdengar ada perabotan yang terlempar pula, membuat Daud dan istrinya yang menyukai keheningan sulit untuk tidur.
“Haduh, ngapain sih tetangga itu?” sewot istri Daud.
“Udah deh, gak usah dihiraukan. Besok aku tanya sama mereka. Sekarang kita tidur aja, ya. Besok bangun pagi,” jawab Daud.
Untungnya, pertengkaran itu tidak sampai pagi. Daud berniat akan menanyakan pada Victor apa yang terjadi kalau bertemu nanti.
Kebetulan akhirnya Daud bertemu Victor saat malam harinya si tetangga itu tiba-tiba bertandang untuk mengembalikan barang yang sempat dipinjamnya. Daud yang sudah penasaran apa sebenarnya yang terjadi bertanya.
“Semalem kamu berantem sama istrimu, Tor? Kedengaran sampai sini lho,” kata Daud sambil membuatkan kopi untuk tetangganya itu.
“Iya, benar. Tapi sudah selesai kok. Kamu tahu tidak? Aku yang menang. Istriku merangkak persis di hadapanku sambil merengek.” Victor berucap bangga membuat Daud heran. Ia tau betul watak istri Victor yang gengsinya tinggi dan keras kepala. Hebat sekali Victor bisa membuatnya merengek. Bagaimana bisa? Agak terdengar mustahil.
“Ah mana mungkin? Kamu mengarang, ya? Mana mungkin istri kamu merengek. Memangnya dia merengek seperti apa?”
“Dia merengek sambil bilang begini ‘HEI PENGECUT, KELUAR KAU DARI KOLONG RANJANG!'” jawab Victor menirukan nada istrinya.
Victor, Victor. Itu sih namanya bukan kamu yang menang, tapi kamu yang kalah! Ada-ada saja kelakuannya dalam lelucon receh barusan.
Lelucon Lucu Banget Adu Mimpi
Apakah Anda suka untuk membaca cerita lelucon lucu banget? Kalau jawabannya adalah iya, maka tidak salah untuk meneruskan membaca cerita yang satu ini. Cerita yang bisa menjadi hiburan dikala padatnya aktivitas ini bisa Anda baca dan bagikan juga kepada rekan-rekan terdekat agar mereka juga ikut terhibur.
Lelucon lucu banget yang dikemas dalam cerita pendek kali ini bercerita tentang sepasang suami istri yang tengah tertidur pulas pada suatu malam. Namun, ketenangan itu tidak berlangsung lama ketika tiba-tiba terdengar jeritan sang istri yang langsung membuat suaminya terjaga dan duduk dengan siaga.
Suaminya pikir, mungkin ada hewan atau sejenisnya yang mengganggu tidur istrinya. Tapi setelah dilihat, ternyata tidak ada apapun.
“Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya suaminya sembari menggoyangkan tubuh istrinya yang masih tampak panik.
“A-a-anu, Pah. Aku bermimpi.” Sang istri tergagap. “Aku bermimpi melihat kau sedang berciuman dengan wanita lain!” Lanjutnya penuh emosi.
Sang suami kemudian menenangkannya. “Sudahlah, itu hanya mimpi. Tidak benar-benar terjadi. Ayo kita tidur lagi.”
Setelah agak tenang, si istri akhirnya bisa tertidur kembali sementara suaminya sudah pulas kembali bahkan terdengar dengkuran. Sayangnya, tidak sampai satu jam kemudian, lagi-lagi si istri berteriak. Suaminya terjaga lagi, namun kali ini ia tidak tampak bingung.
“Apa lagi yang kau mimpikan kali ini?” Sang suami masih berusaha untuk bersabar apalagi ketika melihat istrinya keringat dingin.
“Aku bermimpi lagi!” Katanya tergesa. “Wanita yang kau cium itu malah menamparku! Dasar tidak tahu diri!” Ia memaki-maki sendiri.
Lagi-lagi suaminya berkata “Sudahlah Mah, itu kan hanya mimpi!”
“Memang cuma mimpi!” Kata istrinya. “Tapi awas ya Pah, kalau kau masih berkencan lagi dengan wanita itu lagi dalam impianku, aku akan minta cerai!” Begitu ia mengancam.
Sang suami hanya menggelengkan kepala dan menyuruh sang istri tidur lagi untuk kedua kalinya. Ia berharap semoga setelah ini istrinya tidak mimpi hal aneh lagi.
Suasana sempat tenang selama beberapa saat, namun tiba-tiba sang suami malah tertawa terbahak-bahak. Kali ini jadi sang istri yang terjaga.
“Ada apa, Pah?” tanya istrinya heran.
“Aku bermimpi,” ucap suaminya. “Aku bermimpi telah menceraikanmu.”
Itulah kisah pendek mengenai suami istri yang bermimpi aneh-aneh. Bagaimana, apakah cerita lelucon lucu banget tentang suami istri diatas dapat menghibur Anda?
Lelucon Malam Minggu Kriteria Suami Desi Purnama Sari
Malam Minggu menjadi waktu bersantai sebagian besar orang dari padatnya pekerjaan. Sembari beristirahat, tidak ada salahnya untuk membaca lelucon malam Minggu berupa sebuah cerita pendek ini.
Lelucon malam Minggu berikut menceritakan seorang artis yang kita sudah tidak asing dengan namanya, yaitu Desi Purnama Sari, seorang aktris tanah air.
Semua bermula ketika aktris yang satu ini diwawancarai dan ditanya bagaimana kriteria suami yang ia idamkan. Kemudian dengan percaya diri Desi Purnama Sari menjawab.
“Calon suamiku haruslah memiliki 4 kriteria ini. Pertama tidak boleh melirik wanita lain, kedua dia tidak boleh menampar aku dan tidak lari dari tanggung jawab,” kata Desi sebelum dengan berani ia melanjutkan kriteria keempat. “Dan harus bisa memuaskanku di ranjang.”
Kriteria yang dikeluarkan oleh Desi ini kemudian menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Sebenarnya kalau dilihat kriteria nya tidak terlalu sulit karena tidak mengharuskan dari suatu status sosial tertentu atau mungkin harus tampan dan lain-lain yang berbau fisik.
Jadi mungkin para pria yang memiliki percaya diri berlebih atau hanya modal nekat masih bisa mencoba untuk menjadi suami dari aktris tanah air yang satu ini.
Benar saja, esok harinya seseorang menggedor pintu rumah Desi berkali-kali. Alangkah terkejutnya Desi mendapati tamu yang berkunjung adalah seorang pria buta, tanpa tangan dan tanpa kaki. Ia pikir orang ini pasti mau mengemis atau minta sumbangan. Namun ternyata ia salah besar.
“Andakah Desi Purnama Sari?” tanyanya. Desi mengangguk.
“Eh… Betul, Anda siapa dan ada keperluan apa ya?”
“Saya mau melamar Anda,” kata orang itu santai.
“Wah nekat bener ini orang,” begitu pikir Desi.
Pria yang memakai kursi roda itu kemudian berkata. “Saya sudah memenuhi kriteria yang Anda tetapkan. Saya buta, jadi tidak bisa melirik wanita lain. Saya juga tidak memiliki tangan sehingga tidak bisa menampar Anda dan tidak bisa lari karena tidak punya kaki.”
Desi kemudian menjawab. “Tapi, apakah Anda bisa memuaskan saya?”
Orang itu mulai kesal lalu berkata “Anda ini sangat menyepelekan saya, ya. Anda pikir saya tadi mengetuk pintu menggunakan apa?!”
“#&$(@(%(#(@(” kemudian Desi pun pingsan.
Itulah lelucon malam Minggu tentang kriteria suami Desi Purnama Sari. Wah, harus lebih berhati-hati lagi memang dalam menentukan kriteria.
Lelucon Politik Cara Menelusuri Silsilah Keluarga
Berbagai hal kini bisa dijadikan bahan guyonam termasuk lelucon politik. Tak bisa dipungkiri bahwa sesuatu yang berbau politik memang selalu ada di sekitar kita. Namun daripada dibawa serius, tidak ada salahnya menjadikannya lelucon.
Lelucon ini berawal dari seorang pria yang sangat penasaran mengenai silsilah keluarganya. Gara-gara sepupunya yang tukang bohong mengatakan kalau salah satu dari buyut mereka adalah seorang yang sangat sakti, pria ini menjadi percaya pada perkataannya. Dari dulu, ia selalu berusaha untuk mencari tahu mengenai hal itu walaupun ia juga mengerti kalau itu adalah sesuatu yang mustahil.
Ia berkeliling perpustakaan selama beberapa minggu lamanya, mencari silsilah konyol itu. Tapi, perpustakaan sama sekali tidak membantu dan akhirnya ia pulang tanpa hasil.
Rasa penasaran yang sudah menumpuk akhirnya membuat ia mengatakan pada istrinya bahwa ia akan mencoba untuk pergi ke seorang ahli geologi namun istrinya melarang karena bisa menghabiskan ribuan dolar. Lagipula, apa untung yang didapatkan dari mengetahui silsilah keluarga?
Tapi suaminya tetap berkeras. Maka akhirnya sang istri membiarkan saja. Toh, suaminya nanti juga akan kembali tanpa hasil. Ratusan dolar saja tidak punya, apalagi ribuan dolar untuk kegiatan tidak penting begitu.
Setelah mencari ahli genealogi kesana kemari, akhirnya pria itu berhasil menemukan yang kebetulan adalah teman dari kawan lamanya semasa SMP. Setelah perkenalan singkat via SMS, pria itu merencanakan pertemuan.
Jadi, ia langsung berusaha untuk menemuinya. Bahkan langsung ke rumahnya! Tanpa pikir panjang, ia menanyakan berapa biaya yang perlu dihabiskan untuk menelusuri semua itu. Mulai dari nenek moyang dan seluruh keturunan-keturunannya.
“Harusnya Anda sudah tahu Pak, kalau ini akan menghabiskan ribuan dolar,” kata ahli genealogi itu. “Anda yakin? Lebih baik duit sebanyak itu untuk kuliah anak saja. Tapi, terserah Bapak juga sih.”
“Iya betul juga sih Pak. Tapi memangnya apakah tidak ada cara lain? Mungkin, cara yang tidak menghabiskan uang sebanyak itu?”
“Hmmm, sebenarnya ada sih Pak. Tapi, cara ini agak sedikit nekat.”
“Oh, ya? Bagaimana?”
“Anda mencalonkan diri saja sebagai Presiden!” kata ahli genealogi itu.
Lelucon politik di atas tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun dan murni untuk guyonan semata, ya.
Lelucon Tahun Baru
Sedikit lelucon bisa menjadi sebuah pemanis hari. Tidak ada salahnya meluangkan sedikit waktu untuk membaca lelucon tahun baru kali ini. Sesuai dengan temanya, lelucon ini mengambil latar dan suasana tahun baru. Seperti cerita lucu lainnya, tingkah para tokoh yang membuat geleng-geleng kepala menjadi pusat dari cerita ini.
Menyambut datangnya tahun baru, cerita lelucon tahun baru ini memiliki tema yang cocok untuk diceritakan pada orang-orang terdekat untuk membuat suasana semakin hangat di awal tahun begini.
Kisahnya bermula ketika seorang jaksa penuntut membawa seorang terdakwa pada hakim di awal tahun baru.
Hari itu, hakim yang terlalu seru merayakan tahun barunya bersama keluarga tidak sempat menikmati tidur yang lama karena ada panggilan kasus. Untungnya, si hakim saat itu sedang dalam mood yang baik untuk menghadapi kasus pertamanya di awal tahun dengan sabar. Hakim itu bertanya pada sang terdakwa yang ternyata adalah seorang remaja laki-laki.
“Anda dituntut karena tuduhan apa?” Awal tahun baru, ternyata sudah ada yang membuat masalah, begitu pikirnya. Tapi tidak apa-apa, karena dia juga sedang tidak dalam mood yang jelek.
“Saya dituntut karena berbelanja terlalu awal pada tahun baru, Pak.” Terdakwa itu menjawab. Ia tidak berani menatap hakim tersebut.
Hakim terlihat bingung karena tidak menemukan adanya kesalahan dalam jawaban si terdakwa. “Lalu?” tanyanya. “Saya rasa itu bukan suatu pelanggaran. Berbelanja adalah hak setiap orang, bukan? Memangnya, seberapa awal Anda berbelanja?”
Terdakwa kemudian menjawab dengan ragu-ragu. “Saya ‘berbelanja’ sebelum toko buka, Pak Hakim.” Yang kemudian ditanggapi sang hakim dengan anggukan kepala sebelum kemudian ia berpaling pada jaksa penuntut yang sedang berdiri di pinggir ruangan menunggu keputusan.
“Saya tidak mengerti apa alasan Anda membawa terdakwa ini kesini. Saya tidak menemukan adanya kesalahan pada dirinya.”
Jaksa penuntut hanya melongo tidak percaya mendapati hakimnya yang terlalu semangat merayakan tahun baru dan saking semangatnya, ia menjadi telat mikir alias telmi! Aduh Pak Hakim, itu kan berarti terdakwanya sudah melakukan tindakan pencurian. Bukannya menuntutnya, Pak Hakim malah membelanya. Ada-ada saja kelakuan tokoh dalam lelucon tahun baru ini.
Lelucon Islami Kamu Benar-Benar Beriman
Cerita lucu kini sudah memiliki berbagai tema, salah satunya lelucon islami. Tenang, cerita ringan seperti ini tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun dan murni untuk guyonan semata.
Contohnya lelucon Islami kali ini. Bercerita tentang seorang ustadz yang tengah berceramah pada jamaahnya di sebuah masjid. Namun, ceramah ustadz tersebut sangat membosankan untuk didengarkan bagi mereka.
Sebenarnya, ustadz itu memang sering berceramah seperti ini. Namun, biasanya tidak pernah lebih dari 2 jam seperti sekarang. Sepertinya yang hendak beliau sampaikan memang benar-benar penting. Sayangnya, jamaah tidak menunjukkan keantusiasan sama sekali.
Terlebih lagi, sekarang sudah hampir mendekati larut malam. Ceramah itu sudah berlangsung kira-kira 2 jam lamanya. Tidak heran jika para jamaah mulai menguap berkali-kali dan hampir tertidur. Sebagian sudah angkat kaki dari masjid tersebut entah karena mengantuk atau masih ada keperluan yang harus dibereskan.
Suara bisik-bisik para jamaah mulai terdengar. Bahkan, ada jamaah yang memainkan ponselnya dengan suara yang membuat jamaah-jamaah lain menoleh. Malam sudah semakin larut, dan masjid semakin kosong. Hanya bunyi kipas angin dan suara ustadz yang menggema yang terdengar di ruangan itu. Bagaimana tidak, ini sudah lebih jam 10.
Pada setengah jam terakhir, akhirnya hanya benar-benar tersisa 1 orang saja yang masih mendengarkan ceramah ustadz tersebut. Meski hampir tidak ada orang, ustadz tidak berhenti ceramah sampai materi sudah selesai.
Akhirnya, setelah semuanya selesai, ustadz itu dan jamaah satu-satunya yang tersisa pulang bersama. Mereka berjalan beriringan karena rumah mereka masih dalam 1 gang yang sama. Penasaran mengapa jamaah itu tidak pulang seperti yang lainnya, ustadz itu bertanya,
“Saya akui, kalau kamu benar-benar orang yang beriman. Karena biarpun ceramah saya sudah berlangsung 3 jam lebih, kamu tetap mengikutinya dengan baik. Tidak seperti jamaah lain yang lebih memilih pulang.”
Jamaah itu tertawa sebelum menjawab. “Sebenarnya saya tadi akan menjadi yang pertama pulang Pak, kalau saja kaki Bapak tidak menginjak sajadah saya. Kan, saya jadi tidak bisa kemana-mana!”
Dugaan Pak Ustadz dalam lelucon islami barusan ternyata salah. Ia kira jamaah terakhir itu benar-benar mendengarkan ceramahnya dengan baik, padahal ia tidak pulang karena sajadahnya masih diinjak.
Lelucon Suami Istri Napi Yang Menyerahkan Diri Lagi
Dalam kehidupan berumah tangga, banyak hal menarik yang terjadi sehingga bisa dijadikan inspirasi dalam membuat cerita lelucon suami istri. Hal menarik ini biasanya sesuatu yang umum dalam rumah tangga, seperti istri yang mengomel karena sesuatu yang dilakukan oleh suaminya.
Lalu apa kaitannya lelucon suami istri dengan judul cerita ini? Simak saja langsung ceritanya.
Seorang napi beberapa hari lalu tertangkap polisi karena aksi pembunuhan yang dilakukannya pada seorang nenek-nenek. Begitu tertangkap, ia langsung dijebloskan ke penjara dan mendapat hukuman 5 tahun mendekam di penjara.
Namun, ternyata napi itu tidak berdiam diri saja menghadapi keadaan yang dialaminya. Kalau dia ditahan, lalu bagaimana dengan anak dan istrinya? Kemudian ia memikirkan berbagai cara untuk sesegera mungkin kabur dari penjara.
Berhari-hari ia berpikir, sampai pada suatu hari ia menemukan celah untuk kabur tanpa ketahuan oleh siapapun. Memang, pada awalnya rencananya berjalan dengan mulus. Ia berhasil kabur dari penjara tanpa kendala suatu apapun.
Namun sayangnya beberapa jam setelah ia kabur, barulah polisi menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Tak lama setelah kejadian itu, wajah pria itu muncul di seluruh koran kota itu. Berita tentang kenekatannya untuk kabur dari penjara termuat.
Napi itu menjadi buronan. Semua polisi mencarinya, apalagi ada hadiah yang ditawarkan bagi yang berhasil menangkapnya.
Tak disangka-sangka, malam itu, di kantor polisi yang masih sibuk tiba-tiba seseorang berjalan memasuki kantor dengan wajah bersungut-sungut. Semua polisi tertegun melihat orang itu. Napi itu datang kembali. Tapi mereka bertanya-tanya siapa gerangan yang berhasil menangkapnya. Karena napi itu terlihat sendirian.
“Saya mau menyerahkan diri kembali, Pak,” kata napi itu tak disangka-sangka. Para polisi masih terheran. Apakah ini benar-benar si napi itu, atau dia memang sudah tidak waras mengingat kabur dari penjara ini sulit sekali dan kalau sampai berhasil berarti tahanan itu benar-benar hebat.
Kabar kembalinya napi itu menjadi berita hangat sehingga wartawan berdatangan untuk mewawancarainya. Ketika ditanya alasannya, napi itu hanya menjawab. “Begitu saya menyelinap masuk rumah untuk menjumpai isteri saya, maka yang pertama-tama di katakannya ialah ‘Kau sudah kabur selama 10 jam, kemana saja kau selama itu?’”
Meskipun lelucon suami istri diatas hampir mustahil terjadi, semoga dapat menghibur pembaca sekalian.
Lelucon Tentang Cinta Penyebab Putus Hubungan
Pernahkah Anda membaca sebuah cerita humor dengan tema lelucon tentang cinta? Tidak selalu lelucon tentang cinta ini mengisahkan tentang sebuah pasangan. Tapi tetap saja ceritanya tidak jauh dari situ.
Apabila Anda sedang suntuk dan membutuhkan bacaan yang menghibur, tidak salah Anda membaca cerita ini. Ini adalah cerita mengenai Mpok Nori dan ketiga cucunya.
Hari libur dan akhir pekan adalah hari yang paling tepat untuk mengunjungi nenek. Di sebuah daerah di kota Jakarta, Mpok Nori yang tinggal sendirian hari itu mendapat kunjungan dari ketiga cucunya yang bernama Parto, Andre dan Sule. Ketiganya sudah menginjak usia remaja dan sedang masa puber.
Setiap kali berkunjung ke rumah Mpok Nori, pasti ada saja hal-hal mengenai kehidupan cucu-cucunya yang diceritakan. Karena itu, Mpok Nori tahu betul ketiga cucunya ini semua sudah memiliki pacar. Tapi, pada kesempatan kali itu, para cucunya bercerita bahwa mereka sudah putus.
Mendengar kabar itu, Mpok Nori yang penasaran langsung saja bertanya pada mereka alasan dibalik putusnya mereka. Mpok Nori bertanya pada cucunya yang paling tua dulu, yaitu Andre.
“Andre, nenek dengar kalau kamu sudah putus hubugan dengan si Oneng toh? Apa alasannya Ndre? Apa kalian sudah merasa nggak cocok lagi?” tanya Mpok Nori.
“Nggak, bukan begitu Nek. Saya sama Oneng ini beda keyakinan. Kalau mau diteruskan susah.”
“Ya sudah kalau memang begitu,” Mpok Nori kemudian beralih bertanya pada cucu keduanya yaitu Parto. “Parto, kalau kamu sendiri kenapa kok bisa putus sama Omas? Beda keyakinan juga?”
Parto menjawab. “Kalau saya bukan beda keyakinan nek sama Omas. Saya dan dia berbeda suku. Di suku Omas terdapat sebuah peraturan yang tidak bisa Parto jalani.”
“Oh begitu, wah sayang sekali ya,” kata Mpok Nori, lantas bertanya pada cucunya yang termuda yaitu Sule. “Kalau kamu dan Nunung kenapa bisa putus, Sule? Apa juga karena perbedaan kayak kakak-kakakmu toh?”
“Iya nek. Saya putus sama Nunung juga karena perbedaan. Saya sama dia beda jenis kelamin nek.”
“!$#%@%@^” Mpok Nori kesal.
Memang dasar Sule. Kalau beda jenis kelamin ya memang sudah seharusnya bukan? Begitulah cerita lelucon tentang cinta kali ini.
Lelucon Pilkada Pelepas Penat Seharian
Pemilihan kepala daerah atau disingkat Pilkada sekarang tengah menjadi perbincangan yang hangat. Apalagi ditengah banyaknya calon yang saling berperang. Nah, selain ramai di pemberitaan, ternyata dengan ramainya pemberitaan tentang Pilkada maka semakin banyak pula lelucon Pilkada yang beredar di masyarakat. Salah satu tujuannya yakni guna mencairkan suasana dari para pendukung pasangan calon masing-masing.
Berikut beberapa contoh lelucon Pilkada yang sering beredar di masyarakat antara lain:
- Nyalon Pilkada
Bu Ani : Sekarang ini saya lagi bingung jeng, bingung mau milih yang mana. Kira-kira siapa ya yang harus dipilih?
Bu Lina : Saya ndak bingung bu, soalnya saya di Pilkada ini mau nyalon
Ketika hari pencoblosan tiba kemudian dua wanita tersebut berpapasan di perjalanan.
Bu Ani : Bu Lina ini gimana sih, katanya kemarin mau nyalon, tapi kok saya cari ga ada gambarnya.
Bu Lina : Ha masa sih bu?
Bu Ani : Kan dulu situ bilang kalo nanti pas Pilkada mau nyalon
Bu Lina : Iya bu, emang benar. Ini saya nyalon kok. Apa masih tidak keliatan berbeda. Jadi cantik kan saya. Jadi tadi sebelum nyoblos, saya nyalon dulu biar makin cantik.
- Sepatu
Seorang bapak nampak pening tujuh keliling. Ketika ditanya kenapa, sang bapak kemudian menjawab. “Pening saya pak, semua kandidat di Pilkada yang kalah kemudian datang dan meminta kembali uang pemberiannya. Saya tak tega untuk kembali menjual sepatu anaknya ke tukang loak” - Banjir
Sebuah obrolan ringan menjelang Pilkada periode lalu terjadi di warung kopi
“Elu apa masih tinggal di Tangsel?” begitu tanya Parno kepada Juki.
“Masih, emang ada apa?” Sahut juki dengan rasa penasaran.
“Hati-hati ya nanti dimusim hujan. Karena di musim itu nanti ada kemungkinan besar Tangsel bakalan kebanjiran. Apalagi kalau yang menang di Pilkada ini calonnya incumbent”
“Hloh kok bisa?” Sahut Juki yang masih penasaran
“Lah, kan nama dari yang nyalon Pilkada di Tangsel kan Airin, jadi pastinya nanti Tangsel akan terus di airin sampai banjir. Iya kan?” jawab Parno singkat sambil kembali menyeruput kopi.
Itulah 3 contoh lelucon Pilkada yang seringkali kita dengar ketika musim Pilkada. Nah, kira-kira apa nih, lelucon Pilkada di daerah sekitarmu?
Lelucon Abu Nawas Hina Raja, Malah Diberi Hadiah
Abu Nawas adalah salah satu tokoh yang terkenal karena bijaksana dan juga kocak. Oleh karena itu, tak heran jika lelucon Abu Nawas banyak ditemukan di Internet. Lelucon Abu Nawas ini biasanya bercerita tentang akal Abu Nawas yang cerdik dalam menangani masalah-masalah yang dihadapinya.
Kisah di bawah ini adalah salah satu dari sekian banyak kebijaksanaan Abu Nawas dalam menghadapi masalah.
Alkisah, pada suatu hari seorang Raja yang bernama Raja Harun Al-Rasyid sedang berada dalam sebuah perjalanan, namun tiba-tiba saja ia merasakan perutnya sakit dan ingin buang hajat. Karena pada saat itu toilet belum ada, Raja meminta para prajuritnya untuk mengantar dirinya ke sungai guna membuang hajat.
Setelah itu, sang Raja akhirnya berhasil membuang hajat di sungai yang sedang mengalir deras. Di saat bersamaan itu, para penduduk sekitar sudah mengerti untuk tidak membuang hajat di bagian hulu sungai tersebut. Takutnya, kotoran mereka akan mengalir ke arah Raja. Kalau sudah begitu, pelanggarnya sudah jelas akan mendapat hukuman berat.
Tapi Abu Nawas tetap cuek dan membuang hajat disitu, tidak peduli mengenai larangan itu. Benar saja, akhirnya kotoran Abu Nawas mengenai sang Raja dan membuatnya betul-betul marah.
Karena perbuatannya itu, Abu Nawas dijatuhi hukuman. Abu Nawas yang tidak terima protes mengapa dirinya dihukum. Akhirnya sang Raja menjawab karena Abu Nawas tidak sopan dan telah menghina sang Raja karena membuang hajat di depannya.
“Sepertinya Raja salah paham,” elak Abu Nawas.
“Tidak usah mencoba beralasan, kamu tetap dihukum!”
“Saya buang hajat di sungai supaya bisa menghargai Engkau, Raja,” Abu Nawas membuat alasan.
Mendengar jawaban itu, Raja Harun dibuat bingung. “Kenapa kamu bisa bilang perbuatanmu itu menghormati aku?”
“Begini Raja, apabila Raja sedang mengadakan perjalanan bersama prajurit, tidak mungkin ada yang berani mendahului jalan Raja. Begitu pun juga saya, semua demi menghormati Engkau sebagai Raja.”
“Apa hubungannya dengan perbuatanmu tadi?”
“Saya tidak menghormati Engkau dengan setengah-setengah, Raja. Saya memilih buang hajat di hulu sungai agar kotoran saya tidak mendahului kotoran Raja. Semua demi tata krama saya lakukan.” Abu Nawas menjelaskan.
Penjelasan Abu Nawas membuat Raja tersenyum dan alih-alih menghukumnya, Raja malah memberinya hadiah. Itulah salah satu lelucon Abu Nawas yang menarik dan kepandaian Abu Nawas bisa kita contoh.
Lelucon Facebook Bukan Salah Kulitku Hitam
Cerita lucu kadang juga tak bisa lepas dari yang namanya anak-anak. Di usianya yang masih muda, anak-anak memang sangat menggemaskan dan tingkah lucu mereka selalu ada-ada saja. Cerita lucu mengenai anak-anak kini sudah bisa dibaca di mana saja termasuk media sosial. Seperti lelucon Facebook berikut ini.
Lelucon Facebook adalah cerita-cerita humor yang diambil dari Facebook. Kali ini diceritakan seorang anak kecil bernama Joko dengan rasa penasarannya yang membuncah layaknya anak kecil pada umumnya.
Joko ini memiliki kulit hitam. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan itu, namun ia sering bertanya-tanya mengapa ia berkulit hitam sementara kedua orang tuanya memiliki kulit yang putih. Joko yang merasa dirinya berbeda dan begitu penasaran akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada sang mama mengenai dirinya.
Hari itu mamanya sedang memasak di dapur ketika Joko memberanikan diri untuk bertanya mengenai warna kulitnya.
“Mama, apa Joko ini benar anak kandung mama?” pertanyaan yang dilontarkan Joko membuat mamanya yang sedang asyik memasak menghentikan aktivitasnya dan memandang Joko heran.
Mamanya heran mengapa anak sekecil Joko tiba-tiba menanyakan hal seperti itu, tapi akhirnya menjawab. “Ya iya lah Joko kamu itu anak mama, mau anaknya siapa lagi? Anak tetangga? Gak mungkin kan. Ini kenapa kamu kok tiba-tiba tanya begini Nak,” kata mamanya bingung sekaligus cemas. Jangan-jangan Joko kebanyakan nonton film, begitu pikirnya.
Joko menjawab lagi. “Joko penasaran ma. Kulit mama sama papa dua-duanya putih, tapi kenapa kulit Joko ini kok hitam ya? Mama dulu kenapa kok melahirkan Joko dengan kulit yang hitam?” Joko yang penasaran menjadi terus-terusan bertanya.
Mamanya yang bingung akhirnya hanya menjawab singkat supaya anaknya itu tidak bertanya-tanya lagi. “Ya udah biarin lah Joko. Mau hitam mau putih juga sama saja.”
“Lha kenapa, Ma?” tanya Joko masih penasaran dan bertanya lagi.
“Sudah, Joko. Bagus kamu kulit hitam saja daripada kulit putih. Nanti kalau kulitmu putih, kamu gampang kotor,” ucap mamanya dan melanjutkan aktivitas memasaknya.
Yah, memang sebagai orang tua, harus memiliki banyak ide untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tak terduga dari anak. Itulah lelucon Facebook yang menceritakan tentang keluguan Joko.
Lelucon Hilal Valentine
Valentine merupakan salah satu hari yang dirayakan sebagian besar dari berbagai kalangan. Hari itu identik dengan kasih sayang. Namun, cerita kali ini tidak menceritakan mengenai kisah romantis di hari valentine. Tema yang diangkat adalah lelucon valentine.
Lelucon valentine ini dibuat untuk menghibur para pembacanya yang mungkin sedang membutuhkan bacaan singkat yang lucu dan mampu membuat hari sedikit lebih baik. Baiklah, beginilah kisahnya dimulai…
Hari ini adalah tanggal 14 Februari, tepat perayaan hari Valentine, Bejo yang pertama kalinya mempunyai pacar sangat antusias dan sudah membeli coklat yang nantinya akan diberikan pada pacarnya. Sebelumnya ia juga sudah memastikan bahwa coklat itu adalah merk favorit pacarnya. Ia bahkan rela membeli coklat yang harganya mahal demi membuat pacarnya itu senang.
Lain halnya dengan kawannya si Untung. Meskipun Untung juga punya pacar, sepertinya dia tidak tertarik untuk merayakan hari kasih sayang itu. Hal tersebut terbukti ketika Bejo dan Untung sedang nongkrong di kedai dan membicarakan perayaan Valentine yang sedang marak. Bahkan, supermarket pun menjual coklat dan bunga dengan harga yang tidak murah.
Meski begitu, Bejo tadi sempat kehabisan stok. Sepertinya orang-orang juga sama antusiasnya dengan dirinya. Saat ia menceritakan hal tersebut pada Untung, Untung juga bercerita bahwa ia malah tidak membeli coklat sama sekali dan ia menganggap hari ini adalah hari biasa seperti hari-hari lainnya.
Penasaran mengenai alasan dibaliknya, akhirnya Bejo bertanya. “Heh Untung, kenapa kamu kok hari ini gak merayakan Valentine? Apa kiaimu bilang Valentine itu haram?” tanyanya.
Untung menggeleng. “Bukannya begitu Jo. Kiaiku nggak bilang hari Valentine haram. Tapi justru karena kiaiku belum bilang apa-apa, makanya belum kurayakan.”
Bingung dengan jawaban Untung, Bejo bertanya lagi. “Maksudnya? Apa maksud kiaimu belum bilang apa-apa? Kalau kamu tidak merayakannya hari ini, mau kapan? Tahun depan?”
“Mungkin hilalnya belum kelihatan Jo, makanya kiaiku belum memutuskan Valentine jatuh pada hari ini,” jawab Bejo.
“Ye… lu kira ini hari Lebaran apa!” sewot Bejo kesal.
Begitulah cerita mengenai lelucon valentine diatas. Untung, Untung. Hari Valentine tentunya tidak ada hilal layaknya hari Lebaran dong.
Lelucon Anak-Anak Pada Ngapain Sih Mereka
Anak-anak memang identik dengan kelakuan mereka yang masih polos namun menghibur. Sehingga, lelucon anak-anak dalam bentuk cerita jumlahnya sangat banyak. Keluguan mereka yang alami dan tidak dibuat-buat kerap membuat orang lain gemas.
Begitu juga dengan tokoh dalam cerita lelucon anak-anak ini. Cerita ini cocok untuk dibaca semua kalangan usia yang membutuhkan sedikit hiburan terutama anak-anak.
Seorang manager dari sebuah perusahaan yang menjual furnitur rumah mempunyai klien yang hendak membeli salah satu barang dagangannya. Untuk memastikan apakah pelanggannya itu jadi membeli atau tidak dan konsultasi lebih lanjut, manager itu memutuskan untuk menghubungi nomor telepon rumahnya. Namun herannya, yang mengangkat adalah seorang anak kecil.
“Halo…” bisik anak itu pelan dan samar. Manager itu semakin heran.
“Iya halo, apakah ayahmu ada Nak?”
“Ayahku ada… tapi dia sedang sibuk. “ Anak laki-laki tersebut masih menjawab dengan suara pelan dan hampir tidak terdengar sama sekali sehingga si manager memerlukan beberapa detik untuk mencerna maksudnya.
Kemudian manager itu berpikir. Apa mungkin pelanggannya itu sedang bekerja? Tapi ini adalah akhir pekan, seharusnya ayahnya sedang libur dan tidak bekerja.
“Kalau begitu, apa ibu kamu ada?”
“Sama… ibuku juga sedang sibuk, Pak…” bisik anak itu lebih pelan lagi sehingga si manager sempat memintanya untuk mengulang apa yang ia katakan.
Manager itu berpikir mungkin ayah dan ibu anak ini sedang pergi sejenak dan meninggalkan anak itu untuk menjaga rumah. Tapi, kenapa harus berbisik-bisik sih? Apakah dia sedang menghindari sesuatu
“Hmmm, baiklah. Kalau begitu apa ada orang lain di rumah?”
“Ada, kakak perempuanku. Tapi dia juga tidak bisa bicara dengan Bapak karena kakakku juga sedang sibuk…”
Sibuk? Kenapa seisi rumah sibuk semua? Manager itu merasa ada sesuatu yang aneh sedang terjadi. Kemudian karena bingung akhirnya dia bertanya kepada anak itu.
“Sebenarnya kemana mereka dan apa yang sedang mereka lakukan? Kenapa semuanya sibuk, Nak?”
“Begini Pak, mereka sedang bermain petak umpet dengan saya dan sedang mencari saya sekarang. Makanya saya tidak bisa berbicara keras-keras, Pak.” Anak itu menjawab polos.
Hahaha, ternyata mereka semua sedang sibuk bermain petak umpet toh. Pantas saja anak itu menjawab dengan berbisik. Ada-ada saja ya kelakuan mereka dalam lelucon anak-anak ini.
Lelucon Kurban Menjelang Hari Raya Idul Adha
Cerita humor memang memiliki banyak tema yang unik dan menarik untuk dibaca. Dengan sekian banyak ini, para pembaca bisa memilih sendiri mana tema yang mereka sukai. Salah satunya adalah lelucon kurban, yang mengangkat tema hari raya Idul Adha.
Cerita lucu yang akan Anda baca pada kali ini temanya adalah lelucon kurban, dimana cerita ini mengisahkan tentang obrolan seorang penjual kambing dengan pembelinya.
Mendekati hari raya Idul Adha, para penjual kambing semakin banyak dicari. Orang-orang berlomba ingin mengurbankan kambing milik mereka. Begitu juga di kota X. Ada seorang yang ingin membeli kambing tapi sayangnya tidak kunjung menemukan penjual. Setelah ia berkeliling seluruh daerah, barulah ia akhirnya menemukan seorang penjual kambing.
Ia akhirnya menghampiri penjual itu dan bernegosiasi bersamanya untuk memilih-milih kambing mana yang kira-kira akan dibeli. Sembari itu, mereka mengobrol ringan. Pembeli itu bertanya kepada si penjual.
“Bang, harga kambing-kambing lu murah nggak sih?”
Penjual itu tersenyum bangga dan menjawab. “Jangan khawatir, Bang. Harga kambing ane dijamin sudah yang paling murah satu kota!” begitu katanya.
Pembeli itu masih berkeliling memilah-milah kambing sambil menjawab lagi “Tahun ini, stok kambing ada banyak, kan?”
Penjual yang mengira si pembeli itu mau memborong banyak kambing semakin bangga memamerkan kambing-kambing dagangannya yang gemuk itu. “Duh, Bang. Kalau masalah stok, ente nggak perlu khawatir deh! Berapa stok sih yang ente perlu? Entar pasti ane kirim dah. Itu masalah kecil.”
“Oke, deh,” kata pembeli itu. “Untuk tahun ini siapin yang banyak deh bang. Tapi emangnya abang yakin abang bisa nyiapin kambing-kambing buat kurban?”
Merasa diremehkan sebagai bandar kambing, pedagang itu menjawab. “Jangan panggil ane bandar kambing kalau cuma sekadar nyiapin kambing aja nggak bisa Bang.”
Pembeli itu mengangguk-angguk mengerti kemudian menjawab lagi. “Wah, berarti sakti juga ya lo, Bang. Ane dari dulu kaga pernah bisa yang namanya nyiapin kambing. Gimana mau nyiapin coba. Waktu ane bilang ‘siaapppp!’ eh, malah kambingnya pada lari kejar-kejaran sama temen-temennya!”
Mendengar jawaban si pembeli, penjual itu hanya geleng-geleng kebingungan. Hahaha, tingkah si pembeli pada lelucon kurban barusan memang kocak.
Lelucon Ramadhan Membayar Hutang Puasa
Menjelang bulan Ramadhan, tentunya cerita berbau lelucon Ramadhan semakin banyak jumlahnya untuk menyesuaikan dengan tema hari besar tersebut. Lelucon Ramadhan yang ada ini beredar pada beberapa situs di Internet yang memang khusus untuk cerita lucu.
Meskipun bertema Ramadhan, latar belakang yang diambil pada cerita fiksi ini diceritakan terjadi 2 bulan sebelum Ramadhan. Diceritakan mengenai seorang pedagang kurma, ia tengah berjualan di pasar dan sayangnya saat itu bisnis sedang agak lesu.
Seorang wanita sedang lewat di depannya dan ia mencoba untuk menawarkan kurma-kurma dagangannya. Sayangnya, wanita itu menolak untuk membelinya.
“Maaf, Pak. Tapi aku sedang tidak mempunyai uang,” tolak wanita tersebut.
Namun pedagang itu yang benar-benar membutuhkan pembeli berkata lagi kepadanya. “Itu bukan masalah,” pedagang itu tersenyum. “Anda dapat membayar saya nanti.”
Tapi wanita itu tidak langsung setuju dan masih menatap pedagang itu dan kurmanya ragu-ragu. Lantas, pedagang itu kemudian menawarkan kurmanya yang ia yakini berkualitas baik kepada wanita itu. Agar ia tertarik untuk membeli dagangannya meskipun membayar belakangan.
Lagi-lagi wanita itu menolak untuk mencicipi kurma. Ia berkata “Oh tidak, saya tidak bisa mencicipi kurma itu karena saya sedang puasa.”
Jawaban wanita itu membuat sang pedagang kurma kebingungan karena bulan puasa sudah lewat 10 bulan yang lalu dan baru akan dimulai lagi bulan depan dan wanita itu kini sedang puasa?
“Hah? Puasa? Bukannya itu sudah lewat 10 bulan yang lalu ya?” pedagang itu kebingungan.
“Memang sih,” kata wanita itu. “Tapi saat itu saya melewatkan beberapa hari puasa, barulah kini saya mengganti beberapa hari tersebut. Omong-omong, baiklah kalau Anda memaksa. Berikan saya satu kilo kurma dan saya akan membayar di belakang, begitu kan?”
Mendengar jawaban wanita tersebut, pedagang tersebut mendadak berubah pikiran dan tidak jadi memberikan kurmanya. Ia berkata begini. “Lupakan saja soal tawaran saya tadi!” teriaknya. “Jika Anda butuh 10 bulan untuk membayar utang Anda kepada Tuhan, siapa yang tahu kapan Anda akan membayar saya? 10 tahun lagi?”
Lelucon Ramadhan diatas memang memberikan pelajaran agar kita sebaiknya tidak berhutang dan sebisa mungkin jangan mempercayai orang.